Jayapura, – Pandemi covid-19 belum bisa di prediksi kapan akan berakhir dari negeri ini, lebih khusus di Tanah Papua. Pasalnya masyarakat sudah mulai bosan dan jenuh dengan situasi yang ada saat ini. Apalagi keberadaan virus tersebut mulai menyisahkan sejumlah persoalan sosial. Selain itu, kebutuhan akan makanan sehari-hari pun menjadi tuntutan.
Meskipun pemerintah telah menunjukkan keseriusannya untuk menangani hal itu, namun persoalan lain juga perlu dicarikan solusi.
Menaggapi polemik yang terjadi saat ini, anggota Komisi IV DPR Papua, Boy Markus Dawir mengatakan, jika dalam menyelesaikan beberapa persoalan yang muncul ditengah pandemi ini, akan lebih tepat jika disentuh lewat paguyuban atau komunitas masyarakatnya masing-masing.
“Kami saat ini dalam posisi membantu pemerintah dengan cara yang sudah kami lakukan selama ini. Jadi kami pikir pendekatan lewat paguyuban adalah satu solusi yang tepat,” kata Boy, pada akhir pekan kemarin.
Namun Politikus Partai Demokrat ini menilai, jika dalam menyelesaikan persoalan sosial saat ini dengan pemetaan wilayah lewat RT/RW maupun distrik, maka akan sulit. Mengingat hal kecil seperti bantuan sosial ternyata masih banyak yang tak tersentuh.
“Tapi kalau lewat paguyuban, kami pikir mereka bisa menumbuhkan ikatan emosionalnya karena satu daerah dan ini bisa lebih mudah berkomunikasi,” terangnya.
Pada kesempatan ini juga, Boy yang akrab disapa BMD mengungkapkan, jika upaya yang sudah dilakukan adalah mengumpulkan ribuan masyarakat asal Saireri untuk melakukan rapid tes.
“Kemarin sudah kami selesaikan membantun proses rapid yang dikoordinir sejumlah tokoh Saireri,” ungkapnya.
Bahkan, BMD kini tengah mengakomodir 513 warga asal Yapen yang berada di Jayapura untuk menerima bantuan bahan makanan.
“Ada paket bantuan dari dinas perindagkop provinsi dan mulai Senin (1/6) sudah mulai dibagikan dan yang kami ajukan sejumlah 513 namun baru terakomodir 404 dan ini khusus Yapen, sebab untuk Waropen dan Biak lainnya sudah ada koordinatornya masing-masing,” jelas BMD.
Menurut Boy, pembagian ini difokuskan di Posko Hanyaan, Entrop. Dan dari bantuan tersebut, para tokoh Saireri akan kembali melakukan tatap muka dengan pemerintah untuk membahas kepulangan warga Saireri yang terjebak di Jayapura.
“Jadi kami ingin secepatnya dan tentunya menggunakan seluruh kapal milik pemerintah,” tutup Boy.