Pasific Pos.com
Opini

MUTIARA HITAM SESUNGGUHNYA KAU DIBENTUK DI ATAS SEBUAH RAKIT BERNAMA KONTIKI

Oleh : Benny Jensenem, Ketua Asosiasi Mantan Pemain Persipura (AMPP)

 

Jas merah Jangan se-kali2 melupakan sejarah. Demikian kata bung Karno, tetapi sesungguhnya bukan Bung-Karno satu2nya orang yang mengingatkan bangsanya, banyak filosof dan negarawan dari berbagai Negara juga mengingatkan generasi mudanya agar selalu belajar dari sejarah masa lalu bangsanya. Bagaimana pendahulumu berjuang untuk mencapai kejayaan dengan tidak memperhitungkan kerugian secara fisik maupun harta-bendanya, mereka hanya ingin menyatakan kepada dunia disekitarnya tentang hakekat keberadaannya, sebagai manusia ciptaan Tuhan untuk mendiami suatu negeri dengan berbagai talenta dan sumber daya alamnya.

Tahun 1963, ketika penyerahan oleh pemenintah Belanda kepada pem.RI untuk mengurus manusia dan tanah papua, banyak sekali terjadi degradasi moral dan keamanan seakan akan menggelapkan dan menguburkan masa depan para pemuda Papua. Bangkitlah cita-cita untuk menjembatani situasi yang kelam tersebut, yaitu membentuk sebuah persatuan sepak-bola degan pemain pemuda-pemuda papua yang berada di kota “Kota-Baru”. Sebelumnya memang telah ada Bonden-Bonden seperti VBH (VoetbalBond van Hollandia) dan VHO (VoetbaliBond Hollandia en Omstreeken) dan Iain-lain. Kota Hollandia adalah sebuah kota dipesisir samudera pasifik yang keindahannya menjadi buah bibir banyak orang dibenua Eropa yang menginspirasi banyak pemuda dengan semboyan “Eerst Hollandia en daarna dood” yang artinya (dalam terjemahan bebas) “Sebelum akhir hayatku, aku harus melihat Hollandia terlebih dahulu”, Dalam Catatan Jan van Eechoud, dia menulis keindahan Nieuw-Guinea dalam sebuah ungkapan, begini: dan sesungguhnya Nieuw-Guinea merupakan sebuah negeri sulit dan getir, yang telah lama terlupakan “Sebuah negeri yang jahat dimana orang kulit putih mengutukinya dengan tekanan kegetiran bila mereka tinggal disana. Akan tetapi mereka sakit terhadapnya dengan sebuah nostalgia yang amat mendalam JIKA MEREKA MENINGGALKANNYA”(buku”Een Gouden Jubilium, 50 jaar Hollandia,..hal.2)

Kompetisi PSSI berlangsung dengan jadwal yang tetap dan periodic, hal mana karena Papua baru bergabung dengan Negara RI maka kita hanya boleh bertanding melawan PSA-Ambon , yang pada waktu itu (tahun 1964) merupakan satu kekuatan besar sehingga pertandingan pertama yang dilaksanakan di Ambon mengkandaskan perjalanan PKS (Persatuan sepak bola KOTA BARU & SEKTTARNYA yaitu nama kota sebelum Soekarnapura) dengan score 0-5 untuk PSA-Ambon (Pemain-pemainnya a.l. Jacob Sihasale, Putirai dll).

Tahun 1965 Bapak Pdt. M.Koibur dan Bp.Barnabas Youwe (alm.) sekembalinya dari Negeri Belanda, mengundang semua pengurus Club Sepak bola di Kota Soekarnapura pada tanggal 25 Mei 1965 bertempat di Aula/Ballroom Mess GKI di APO untuk membentuk Badan Pengurus dan mendeklarasikan sebuah nama yang kemudian dikenal sampai dengan saat ini yaitu PERSIPURA (Persatuan Sepak Bola Soekanapura &Sekitarnya), sekaligus menyiapkan tim untuk mengikuti kompetisi PSSI wilayah Regional Indonesia Timur.

Tahun 1966 ada kejuaraan POPSI se Indonesia di Jakarta dan Tim dari Papua hadir dengan sebagian besar pemainnya terdiri dari Pelajar STM Negeri Jayapura, SMOA Negeri Jayapura, SGB & SGA-YPK Ifar Gunung di Sentani.

Ternyata pertandingan tersebut dibatalkan/ditunda karna situasi keamanan Jakarta sudah mulai tegang menjelang bulan September (ingat peristiwa Bulan September 1965), maka sepulangnya dari Jakarta Tim tersebut langsung direkrut untuk dipersiapkan mengikuti kompetisi PSSI di Ambon tahun 1967. Dalam perjalanan menuju ambon, Tim harus berhenti di Sorong dan mencari angkutan laut selanjutnya guna menyeberang ke Ambon karena tidak punya uang cukup untuk menyewa pesawat Hercules.

Selama menunggu di Sorong, Tim membangun tenda di kaki jembatan/dermaga dan memasak sendiri makanannya dan sesekali ada bantuan dari teman seangkatan yang sudah lebih dahulu kerja di Sorong (Bpk. St.Faidiban di DLLAJR). Oleh karna saya tinggal dengan pak St.Faidiban, maka semua kegiatan Tim selama di Sorong masih terbayang dalam memory.

Setelah satu minggu baru diperoleh izin menggunakan KM.Merauke milik Direktorat Jenderal Navigasi – Sorong yaitu sebuah kapal penumpang kecil seukuran KM Papua Satu. Dan menyeberanglah Persipura-ku menggunakan kapal tersebut. yang kecepatannya hanya 6 mil per jam menuju kota Ambon manise.

Sungguh menyedihkan jika dikenang ulang tetapi justru disitulah “Mutiara” itu diasah dan perlahan-lahan dibentuk mengikuti alunan ombak lautan Arafura. Tim ini berhasil mengalahkan PSA dengan score 5 – 0 untuk Persipura (membalas kekalahan Tim 1964), mereka menamakan Tim tersebut dengan sebutan “KONTIKI”, karena kembalinya ke Sorong juga menggunakan Kapal yang sama. Oleh karena pertandingan harus dilanjutkan di kota Manado dan karena tidak ada cara lain menuju Manado, maka sekali Iagi Km.

Merauke digunakan untuk menyebarang ke Kota Manado, dan akibatnya begitu banyak energie yg terkuras habis diatas rakit tua yang reyot itu sebelum tiba di kota nyiur melambai. Walaupun demikian, semangat tetap tinggi dan satu demi satu keseblasan di separuh pulau Sulawesi atau wilayah Indonesia Timur bertekuk lutut dan bahkan ada yang terkubur untuk se-lama-selamanya oleh sang “Kontiki”.

Semakin lama dijemur, direndam, dibenamkan kedalam Lumpur, semakin mengkilat dan menggeliat bagai raksasa yang melabrak dan menghacurkan setiap obyek yang menghalanginya. Semakin lama-semakin dikenal sebagai Tim Mutiara Hitam karena dia sudah tidak hanyut dengan rakit lagi, tetapi kini dia menggunakan sayap untuk mengarugi setiap samudera, oh……….. Persipuraku, betapa panjang perjuanganmu dan mengagumkan karena engkau menapak langkahmu secara jantan dan sendirian dari sebelah timur kebarat, dimedan yang selalu memandangmu dengan sebelah mata tanpa dukungan Persipura Mania. Mutiaraku yang pekat, jangan sekali-kali engkau melupakan sejarahmu, bahwa sesungguhnya engkau dilahirkan dan dibesarkan oleh suatu jaman yang perih penuh kisah yang pilu diatas sebuah rakit yang bernama KONTIKI salam perjuangan (seri pertama)

Kontiki adalah nama rakit yang digunakan oleh suku-suku Indian/inka di benua amerika selatan untuk menyeberangi samudera disebelah barat/pasifik ke pulau-pulau disekitarnya. Rakit tersebut terbuat dari kayu “Balsa” suatu jenis kayu gabus yang sangat tahan diair laut, semakin lama direndam akan semakin kuat disitunya.

Artikel Terkait

Persipura Fokus Peningkatan Fisik

Bams

Piala Prabowo, Persipura Muda Siap Tempur

Arafura News

Pilar Persipura Brian Fatari dan Charenz Segera Bergabung

Bams

Disanksi Berat oleh PSSI, Persipura Ajukan Banding

Bams

Putus Kontrak Boaz dan Tinus Pae, Ini Penjelasan Manajemen Persipura

Bams

Dukung Persipura, KONI Ajak Manajemen “Mutiara Hitam” Duduk Bersama

Admin

AFC Cup 2021, Persipura Tidak Diizinkan Gunakan Stadion Mandala

Admin

Besok Skuad Kumpul, Jacksen Tetap di Persipura

Bams

Tim PON Papua Siap Gantikan Persipura di Piala Menpora 2021

Bams