Pasific Pos.com
PON Papua 2021

Api Abadi PON XX, Klamono dan Sejarah Panjang Ladang Gas Alam

JAYAPURA-Api PON sudah berada di Kota Jayapura, Jumat (1/10/2021) tiba di Bandara Sentani setelah berangkat dari Bandara Mopah Merauke. Api obor PON terbilang unik karena diterbangkan dari Sorong, Biak, Timika, Wamena, Merauke dan terakhir Kota dan Kabupaten Jayapura.

Saat mengambil api abadi di Klamono, Sorong warga hanya berpesan untuk menjaganya. Mereka menitipkan api PON untuk acara pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XX Papua, 2021, pada 2 Oktober di Stadion Utama Lukas Enembe. “Saya sangat terharu dengan pesan warga Klamono untuk menjaga dan membawa api abadi ke pembukaan PON Papua,”kata Reza Pamungkas salah seorang desainer obor berbentuk tifa itu , Kamis (30/9/2021) siang di Kantor Otonom Kotaraja, Jayapura.

Bagi Reza Pamungkas pesan warga Klamono memberikan kesan tersendiri. Sebab inilah kirab perjalanan api obor PON melintasi udara, jalan darat dan berkeliling Danau Sentani. “Topografi yang bergunung-gunung sehingga transpotasi udara menjadi pilihan untuk membawa api obor PON. Ini sangat berbeda dengan daerah lain atau PON sebelumnya yang berlari melintasi jalan darat,”katanya bangga. Pengambilan api abadi PON sebelumnya direncanakan di Bintuni, LNG Gas Tangguh tetapi akhirnya berpindah ke Distrik Klamono, Kabupaten Sorong

.”Klamono mempunyai sejarah panjang dalam pengeboran minyak dan gas alam,”katanya memberi alasan kenapa Klamono akhirnya terpilih. Menurut dia, hadirnya api PON dari Klomono memberikan pesan dari saudara muda di Provinsi Papua Barat untuk menitipkan api PON bagi saudara tuanya di Provinsi Papua yang sedang berpesta olahraga empat tahunan ke XX, 2021. “Memang benar, Klamono memiliki sejarah panjang dan saksi bisu masuknya perusahaan asing ke tanah Papua,”kata Enrico Kondologit, Jumat (1/10/2021) pagi.

Antropolog Universitas Cenderawasih (Uncen) itu berkisah, perusahaan yang beroperasi di Klamono pertama kali melakukan survey minyak sekitar 1926-1928. Selanjutnya pemerintah Belanda waktu itu Nederlands Nieuw Guinea, meminta perusahaan minyak asal Belanda Shell bersama Stanvac dan Caltex dari Amerika Serikat membentuk perusahaan patungan bernama Nederlandsche Nieuw Guinea Maathschappij (NNGPM) untuk melakukan eksplorasi pada 1936. “Mereka mulai eksplorasi dan saat itupula banyak memakai tenaga kerja orang asli Papua,”kata Kondologit yang kakeknya juga mantan tenaga kerja NNGPM. Pihak NNGPM menemukan ladang-ladang minyak di Wasian, Mogoi dan Sele di Kabupaten Sorong Papua Barat. Pemerintah Belanda memberikan konsesi kepada perusahaan patungan itu konsesi selama 25 tahun.

“Setelah Belanda keluar dari Papua Barat hampir sebagian besar karyawan NNGPM menjadi karyawan PT Pertamina hingga pensiun. Kita juga pernah mengajukan pensiun kepada perusahaan NNGPM kepada pemerintah Belanda,”katanya. Menurut Kondologit, ladang gas di Klamono dialirkan melalui pipa gas. “Jadi saat pengambilan api abadi PON langsung dari pipa api gas di Klamono. Pipa pipa gas ini dibuat sejak lama untuk mencegah kebakaran akibat gas methan,”katanya.

Edi Mangun, Unit Manager Communication & CSR Pertamina Regional Papua Maluku di Jayapura mengatakan sumur sumur bor di kilang Klamono jadi saksi bisu eksplorasi minyak di tanah Papua khususnya di kepala burung. (humas pb pon papua)