Pasific Pos.com
Papua Selatan

Pelaksanaan Ritual Adat, Bukti Ketulusan Permintaan Maaf Pihak Lanud

1508213
Danlanud saat menyampaikan permintaan maaf (foto:iis)

MERAUKE,ARAFURA,-“Seluruh jajaran TNI AU khususnya Lanud JA.Dimara mengucapkan terima kasih karena telah diberikan wadah dan kesempatan untuk menyelesaikan permasalahan. Ini merupakan hal yang luar biasa bagi kami karena menjadi sarana untuk bersilaturahmi dengan warga Malind Anim yang ada di Merauke,”demikian ungkapan tulus dari seorang Kolonel Pnb Agustinus Gogot Winardi, ST selaku Danlanud J.A.Dimara pada acara ritual adat sebagai tindak lanjut dan silaturahmi serta permohonan maaf pihak TNI AU kepada Steven beserta keluarganya pada tanggal 28 Juli 2021 lalu.

Ritual adat tersebut berlangsung di Mako Lanud JA.Dimara, Sabtu (14/8) yang turut dihadiri oleh Wakil Bupati Merauke, H.Riduwan, S.Sos, M.Pd, pihak LMA, ketua adat dan Tokoh Masyarakat Papua Selatan, Johanes Gluba Gebze yang juga mantan Bupati Merauke. Danlanud menambahkan, insiden yang terjadi beberapa waktu lalu memang sangat disesalkan karena telah merobek harga diri dan rasa kemanusiaan kita semua. Satu hal yang membuatnya salut dan terharu adalah kebesaran hati masyarakat di tanah Anim Ha yang mau membukakan pintu maaf kepada jajaran Lanud.

“Bahkan sebelum kami resmi mengutarakan permintaan maaf itu, mereka dengan tulus sudah membukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya. Sikap ini benar-benar sangat luar biasa yang mencerminkan ketulusan hati Suku Malind Anim sehingga kami sangat terharu. Oleh karena itu melalui ritual adat yang sakral ini kami memohon maaf atas insiden beberapa waktu lalu tersebut dan tidak akan terjadi lagi,”ujarnya. Sementara itu Wabup H.Riduwan mengungkapkan bahwa ritual yang digelar sebagai solusi terakhir dari pihak adat untuk menerima permohonan maaf dari jajaran Lanud JA.Dimara.

“Dengan demikian kita semua menjadi saksi bahwa permasalahan tersebut telah selesai dan kebersamaan kitalah yang tertinggi yang merupakan cerminan dari rasa kekeluargaan masyarakat di Kabupaten Merauke yang memang cukup tinggi,”jelas Wabup. Pada kesempatan yang sama, Johanes Gluba Gebze mengemukakan bahwa yang berdamai bukan hanya oknum tetapi seluruh marga dengan simbol-simbolnya. Jadi damai Marind yang betul itu adalah dengan membuat ritual di atas tanah agar tanah dapat menyaksikan dalam keadaan diam apa yang diikrarkan.

Angin kencang sekalipun tidak akan membuat tanah ini bergoyang, ini philosofi dasar orang Marind di tanah Marind. “Jadi yang berdamai adalah 7 marga lewat persembahan simbol-simbol yang menjadi bukti bahwa seluruh tanah Marind dan marga yang ada telah berdamai. Dengan ritual ini kita juga ingin membersihkan seluruh duri dan bara api agar orang yang hidup di tanah ini tidak terluka dan terbakar sehingga tanah ini menjadi tanah yang aman dan damai. Selanjutnya adalah bersihkan pikiran, hati dan mulut agar tidak menghujat dan mengusik karena mulut adalah karunia Tuhan, bukan untuk mencaci maki,”ungkapnya.**