Pasific Pos.com
Nasional

PBNU Menolak Politik Identitas

Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf dalam Launching Press Conference Religion Forum (R20) International Summit of Religious Leaders di The Ritz Carlton, Jakarta. (Foto : Istimewa)

Jakarta – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menolak keras segala bentuk politik identitas.

Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf, NU sendiri dilarang untuk menjadi firqoh atau kelompok identitas. Dalam Islam, kata Gus Yahya, Firqoh Gus merupakan perkara yang diharamkan dalam Al-Qur’an.

“Kita menolak politik identitas apapun. Apakah itu identitas etnik, ataupun identitas agama. Termasuk identitas. Tidak boleh ada politik identitas. Kita menolak itu,” kata Gus Yahya dalam Launching Press Conference Religion Forum (R20) International Summit of Religious Leaders di The Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (7/9/2022).

Gus Yahya menyebut, pendekatan tanpa memandang politik identitas itu menjadi cara NU dalam menyelesaikan masalah.

Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang ini mengatakan, dirinya sudah berkali-kali mengingatkan muslim lainnya agar tidak menciptakan permusuhan dengan kelompok muslim manapun. Termasuk pada wahabi-wahabi maupun kelompok yang dianggap radikal.

“Ya sama Yahudi saja saya santai bisa engage (melakukan kontak), ya kok sama sesama muslim tidak bisa,” katanya.

Yang terpenting, kata Gus Yahya, selama mereka bersedia hidup berdampingan dan bisa menerima platform negara yang kita hidupi bersama.

“Terkait kelompok-kelompok radikal kita tidak mau engage mereka dengan perspektif permusuhan. Tidak. Ini cara untuk bisa hidup berdampingan dengan damai,” kata dia.

Menurutnya, pendekatan radikalisme sebagai identitas dan menghadapi mereka sebagai permusuhan pada akhirnya hanya melahirkan masalah baru. Sementara masalah awal pun tidak juga ditemukan solusinya.

“Kalau kita lihat ada masalah dan mau mencari jalan keluar dari masalah, ya, kita harus bicara dengan pihak-pihak yang terlibat dengan masalah itu. Untuk mencari jalan keluar,” tutur Gus Yahya.

Pendekatan permusuhan, kata Gus Yahya sudah seharus ditinggalkan. Kemudian, kata dia, cara pendekatan tanpa memandang politik identitas itu pula menjadi cara NU dalam menyelesaikan masalah.

“Ini adalah positioning NU yang kita teguhkan ke depan. Kita tidak mau memperparah keadaan, kita mau mencari solusi,” ucapnya. (Redaksi)