Menjelang Natal, Penumpang Trigana Air Terkatung Dua Hari di Bandara Sentani, Hak Penumpang Dipertanyakan
Jayapura — Menjelang perayaan Natal, sejumlah penumpang Maskapai Trigana Air terpaksa menghabiskan waktu hingga dua hari di Bandara Sentani, Jayapura, tanpa kepastian jadwal keberangkatan. Kondisi ini kembali membuka persoalan klasik pelayanan penerbangan di wilayah Papua Pegunungan, khususnya terkait perlindungan hak penumpang dan tanggung jawab maskapai.
Pantauan di Bandara Sentani menunjukkan penumpang bertahan berjam-jam di ruang tunggu dengan informasi yang minim dan terus berubah. Situasi tersebut menimbulkan kelelahan fisik dan psikologis, terutama bagi penumpang yang membawa anak-anak, lansia, serta mereka yang memiliki agenda penting di daerah tujuan.
Perubahan jadwal keberangkatan yang berulang tanpa penjelasan rinci dinilai mencerminkan lemahnya sistem komunikasi layanan pelanggan. Tidak adanya kejelasan mengenai penginapan, konsumsi, maupun bentuk kompensasi selama masa tunggu semakin memperparah kondisi penumpang.
Anggota Komisi II DPRP Papua Pegunungan, Melisa Tabo, yang turut menjadi penumpang, menyayangkan sikap maskapai yang dinilai tidak sigap dalam menangani dampak keterlambatan penerbangan. Ia menjelaskan bahwa pesawat yang ditumpanginya sempat gagal mendarat di Wamena karena faktor cuaca dan kembali ke Jayapura.
“Setelah kembali ke Sentani, kami tidak mendapatkan penjelasan yang layak. Tidak ada penginapan yang disiapkan, sementara kami sudah menunggu lama dan memiliki agenda penting di Wamena,” ujar Melisa di Sentani, Kamis (18/12/2025) malam.
Ia menambahkan, pihak maskapai sempat menjanjikan keberangkatan lebih awal keesokan harinya. Namun, rencana tersebut kembali berubah tanpa kepastian.
“Kami kembali dicancel, sementara penerbangan lain justru sudah berangkat lebih dulu. Informasi yang kami terima tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan,” ungkapnya.

Melisa juga menyoroti dominasi Trigana Air pada rute Papua Pegunungan yang dinilai belum dibarengi dengan peningkatan kualitas pelayanan.
“Penguasaan rute yang besar harus diiringi dengan pelayanan yang bertanggung jawab. Kalau tidak, masyarakat yang paling dirugikan, apalagi ini menjelang Natal,” tegasnya.
Keluhan serupa disampaikan Tin Wanimbo, salah satu penumpang lainnya, yang mengaku kelelahan akibat ketidakpastian jadwal.
“Dari kemarin kami menunggu, tapi sampai sekarang belum jelas kapan kami bisa berangkat,” katanya.
Para penumpang berharap kejadian ini menjadi perhatian serius bagi regulator penerbangan untuk mengevaluasi standar pelayanan maskapai di wilayah Papua Pegunungan. Mereka juga mendorong adanya keterbukaan rute bagi maskapai lain guna menjamin kenyamanan, keselamatan, dan kepastian transportasi udara bagi masyarakat.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak Trigana Air belum memberikan pernyataan resmi terkait keluhan para penumpang.
