Pasific Pos.com
Opini

GELIAT DAKWAH DI ERA MILENIUM

Abu Nawas

Oleh: Abu Nawas

Sesungguhnya, hidup adalah perjalanan pulang kembali kepada Allah. Sebaik-baik bekal untuk berpulang dan bertemu dengan-Nya adalah takwa. Untuk itulah ramadhan dihadirkan dengan kewajiban berpuasa bagi orang beriman dengan takwa sebagai tujuan utamanya. Pada saat yang sama, hendaklah setiap orang senantiasa menimbang ketakwaannya, dan memperhatikan persiapan hidup untuk hari esok.

Bersyukurlah, bila ketakwaan mengalami peningkatan karena ketaatan, serta memohon ampun dan bertaubatlah bila terdegradasi oleh kemaksiatan. Ketakwaan dapat diperoleh dengan ikhtiar yang konsisten. Ketakwaan juga, dapat dan harus diwariskan melalui gerakan dakwah, baik secara personal maupun secara institusional. Menekuninya adalah tiket dan kendaraan menuju surga-Nya. Lalai dalam berikhtiar adalah fatal dan akan berakhir dengan penyesalan tiada guna. Ramadhan merupakan moment terbaik untuk berbenah. Pilihan terbaiknya adalah berjamaah dan berteknologi.

Suka Cita Ramadhan di Kota Jayapura

Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang dirindukan oleh mereka yang beriman. Kabar gembiranya berupa rahmat, ampunan (maghfirah), dan pembebasan dari api neraka adalah harapan terbesar yang mesti digapai. Semangat inilah yang mendorong umat muslim di kota Jayapura Papua menyambut Ramadhan dengan hati gembira dan bersuka cita. Para pengurus, jamaah, dan remaja masjid bersinergi dalam mempersiapkan penyambutan. Pengecatan masjid, pembenahan fasilitas, dan pembentukan kepanitiaan menjadi prioritas. Senang bahagia terpancar sangat jelas dari wajah-wajah mereka.

Satu keseragaman bagi orang berpuasa, tak terkecuali di kota Jayapura, mereka sama-sama bersuka cita menunggu suara adzan Maghrib sebagai tanda berbuka puasa telah tiba. Tentu karena janji positif yang tercanangkan di hati bahwa salah satu waktu yang paling membahagiakan adalah ketika hendak berbuka. Itulah sebabnya, maka suasana ramai jelang berbuka sangat terasa. Konsumsi berbuka puasa dari jamaah sekitaran masjid yang terjadwalkan, sangat dan selalu berlimpah. Apalagi air sebagai konsumsi utama, jauh sebelumnya telah mendapat sumbangan dari berbagai pihak. Hadirnya berbagai jenis konsumsi yang melimpah, seakan tak terpengaruh oleh kenaikan dan langkanya minyak goreng dan mahalnya berbagai kebutuhan pokok rumah tangga. Inilah keberkahan bulan Ramadhan.

Kemakmuran masjid, terutama penyelenggaraan sholat berjamaah dan terkhusus sholat tarawih tampak dari banyaknya shaf yang konsisten. Hikmad dalam mengikuti kegiatan amaliyah ramadhan, seperti ceramah jelang sholat tarawih dan ba’dah shubuh. Tentu saja, ini merupakan indikator rasa bersyukur, atas pembolehan beramadhan secara maksimal karena kondisi yang kondusif akibat corona yang mulai menghilang, walau protokol kesehatan tetap harus diterapkan. Inilah rupanya yang menjadi hikmah dari ketidak-nyamanan pelaksanaan ramadhan selama dua tahun akibat pandemi covid-19.

Memang, terkadang manusia perlu diuji dengan kesulitan agar menyadari segala nikmat yang terlupakan dan teringkari agar segera bertaubat dan kembali bersyukur dengan berikhtiar penuh ketaatan dan semangat, antara lain melalui dakwah sebagai jalur terindah dan pilihan para nabi (QS: Yusuf:108).
Berdakwah dengan Berjamaah

Pada ayat ke-104 dari surat Ali Imron, terdapat perintah berdakwah amar makruf nahi mungkar dengan strategi berjamaah, berkolaborasi, dan berjejaring. Berdakwah dengan cara berjamaah adalah sebuah keniscayaan dan tuntutan, apalagi di era perubahan yang super cepat dengan pandemi sebagai pemicunya. Bergerak sendiri, mungkin dapat melesat cepat, tetapi kemudian kehabisan energi lalu memudar dan menghilang, tanpa jejak. Bergerak secara berjamaah, awalnya mungkin pelan, tetapi perlahan dan pasti akan merangsek, bergerak, berkemajuan, dan bertahan lama karena melibatkan banyak variabel. Pengelolaannya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk mewujudkan ide, sebab sumber daya atau potensi sangat beragam.

Sinergitas merupaka kekuatan. Saling menyemangati dan mendukung ketika beramal saleh dalam ketaatan. Saling mengingatkan ketika terjadi keterpurukan dan terperosot dalam kemaksiatan. Sangat dibutuhkan kesabaran dalam menyampaikan dakwah, dan dalam menepati kebenaran. Tidak cukup dengan itu saja, kreativitas dan jiwa juang merupakan variabel yang berpengaruh secara signifikan. Tetap bersinergi dalam dinamika yang tidak selalu harmonis, terkadang merupakan instrument untuk berintropeksi diri.

Pemeliharaan jamaah menjadi kebutuhan primer bagi organisasi, termasuk organisasi dakwah. Pertemuan berkala dan rutin untuk merumuskan solusi dan tindakan terhadap dinamika organisasi, sangat penting untuk menjaga eksistensi dakwah.

Selain sinergitas, maka keteguhan pada prinsip dan cita-cita bersama yang terbingkai dalam visi, misi, tujuan, dan program merupakan kekuatan pemersatu. Berbeda dalam melakukan pergerakan dakwah merupakan seni dalam pengembangan pribadi dan kelembagaan. Pemberian kewenangan yang luas dalam rangka pelayanan, tidak sedikit melahirkan ide dan karya yang spektakuler. Meski demikian, peran pengendalian secara organisatoris adalah mutlak hadir untuk menjaga langkah-langkah yang berpotensi mengalami kebablasan. Bertumbuh kembang dan tetap terkendali merupakan harapan ideal agar capaian menjadi efisien, efektif, dan produktif.

Bersabar atas pergerakan yang dinilai lamban, atau mengalami kegagalan adalah mantera penenang jiwa. Pengembalian segala ikhtiar kepada Allah sebagai wujud dari sifat bertawakkal, banyak mendatangkan manfaat bagi geliat dakwah berjamaah. Jiwa sabar dan bijaksana, sering terselamatkan oleh untaian hikmah, “Sabar itu, bijinya pahit, tetapi buahnya manis. Maka bersabarlah, maka Allah SWT pasti membersamai!”

Berdakwah dengan Berteknologi

Pada ayat ke-77 dari surat Al-Qoshosh, selain membimbing dan menuntut agar dalam beramal saleh yang banyak, hendaknya mengutamakan akhirat, tentu saja dalam kerangka peng-Esa-an terhadap-Nya (tauhid) sehingga pertemuan dengan-Nya menjadi pertemuan terindah dan paling membahagiakan. Itulah puncak harapan tertinggi dari aktivitas beribadah. Akan tetapi, kelanjutan perintah-Nya adalah “…jangan melupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik…!” Ya, bagian di dunia dan perintah berbuat baik, ditafsirkan sebagai tuntutan penguasaan dan pemanfaatan teknologi sebagai media dalam berdakwah. Jangan sampai, ketidakmampuan mengakses dan mengoperasikan aplikasi-aplikasi teknologi menjadi penghambat atau kegagalan dalam menyampaikan dakwah. Keterampilan berteknologi merupakan kebutuhan dakwah dalam rangka mewujudkan perintah berbuat baik dan pelayanan terhadap jamaah dan umat (Imam Robandi, 2022).

Dunia dan arena dakwah semakin meluas dan kompleks, disertai dengan perubahan yang sangat cepat dan dahsyat bagai “tsunami”. Ikhtiar konvensional dari masjid ke masjid, dari mimbar ke mimbar, dari liqo’ ke liqo’, dari BKMT ke BKMT, dari arisan ke arisan, dari kantor ke kantor, dan lain-lainnya, mesti dan harus beranjak serta berbarengan dengan ikhtiar memanfaatkan teknologi modern untuk menunjang dakwah super dinamis dan kreatif karena tuntutan yang dihadapi semakin dahsyat, dan lebih kompleks. Bergerak dan berjamaah adalah tuntutan dan keharusan. Sebelum, pada saat, bahkan setelah pandemic covid-19, geliat dan gegap-gempita aktivitas semakin masif.

Dalam waktu bersamaan, kegiatan dapat berlangsung dan diikuti, terkadang lebih dari dua tayangan. Katakan saja seperti kegiatan webiner dengan segala variasi konten. Teknologi (=internet dan android) hadir menjadi alternatif yang super meyakinkan, bahkan dapat mematahkan mitos bahwa seseorang dapat berada di dua tempat sekaligus. Masifnya pergerakan dakwah terutama di dunia maya menuntut penguasaan dan pemanfaatan teknologi. Tanpanya, kita hanya dapat menjadi penonton di pinggir panggung dakwah. Kalau bukan bersorak, paling-paling kita hanya berceloteh, berkritik, dan mencela cenderung antipati. Padahal, para pemain telah berkiprah, mengukir prestasi, dan mewarnai peradaban.

Dunia maya (=sosmed) adalah ruang bebas tak bertepi. Siapa yang mengisi dan memanfaatkanya, maka dia-lah yang mewarnai dan menginduksi perubahan dan peradaban. Dalam hal ini, gerak dakwah tidak terkecuali, harus “berjibaku, bersinergi, berkolaborasi, berjejaring, dan berteknologi” Sebab itu merupakan syarat yang sangat penting untuk dapat eksis, bertahan, dan menjadi pemenang.

Penggunaan “sosmed” seperti WhatsApp, Instagram, YouTube, Twitter dan lainnya, apabila dikelola secara profesional, modern, berjamaah, maka dapat dipastikan akan membawa kebermanfaatan, kemaslahatan, dan keberkahan, terutama untuk generasi muda sebagai pemilik masa depan. Sedari sekarang, mereka harus dipersiapkan untuk menjadi generasi kuat, bermental pejuang, dan berjiwa pemenang dengan modal kecerdasan intelegensi berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan berkolaborasi, berkomunikasi, berjiwa kreatif, dan bermental wirausaha. Demikian pula, kecerdasan spiritual dengan perilaku bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa, dan kecerdasan emosional yang diwarnai kejujuran dalam berbicara, bersikap, dan bertindak. Untuk tujuan mulia ini, maka berdakwah berjamaan dan berteknologi adalah keniscayaan (QS: An-Nisa: 9).
Wallahu a’lam bishshowab!

Penulis adalah Penggiat Literasi Menulis dari Bumi Cenderawasih Tanah Papua