Pasific Pos.com
Headline

Yan Wenda : Pemilu 2024 Berbeda Dengan Pemilu Sebelumnya

 

Jayapura – Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 menuai berbagai tanggapan. Namun masyarakat telah menunjukan tanggapan yang positif terhadap proses demokrasi yang berlangsung. Sebab, Pemilu kali ini memunculkan antusiasme yang tinggi dari berbagai kalangan masyarakat yang secara aktif menentukan pilihannya.

Apalagi masyarakat dengan berbagai latar belakang dan pandangan politik harus berlapang dada menyambut hasil pemilu dengan menghormati hak demokrasi dan menerima dengan bijak hasil yang telah ditetapkan pleh pihak penyelenggara dalam hal ini KPU.

Terkait dengan itu, salah satu Tokoh Intelektual yang juga merupakan putra asli daerah Kabupaten Tolikara, Papua Pegunungan, Yan Wenda, S.Sos menilai pelaksanaan Pemilu 2024 ini, regulasinya sangat berbeda dengan pelaksanaan Pemilu sebelumnya.

Menurutnya, pemilu sebelumnya menggunakan regulasi lama, yaitu pemilu langsung, sementara pemilu 2024 ini menggunakan regulasi baru yang pelaksanaannya dilakukan secara serentak.

“Saya terpilih dulu lewat produk pemilu langsung yang dilaksanakan pada tahun 2019 lalu. Regulasi yang saya lalui itu masih menggunakan regulasi lama. Regulasi sekarang disebut regulasi baru karena pilkada serentak. Pemilu serentak ini dilakukan termasuk pertama kali yang terjadi di Republik Indonesia. Dimana pada tanggal 14 Februari 2024 ini seluruh masyarakat Indonesia melaksanakan pesta demokrasi, ” kata Yan Wenda yang juga merupakan Anggota DPR Tolikara kepada Pasific Pos, di Jayapura, Kamis 28 Maret 2024.

Bahkan ia menilai dalam pelaksanaan pemilu sereantak ini ada sisi positifnya tapi juga ada sisi negatifnya. Namun apa pun hasilnya harus diterima dengan baik dan lapang dada.

“Ada dua hal yang saya lihat yang terjadi di daerah. Baik secara tingkat provinsi maupun secara Nasional. Hal pertama itu saya bicara dari sisi positif dulu, kalau sisi positif saya ucapkan terimakasih kepada Pemerintah RI yang telah memutuskan untuk dilaksanakan pilkada serentak, karena ini juga dapat menguntungkan bagi orang Papua, khususnya untuk wilayah Pegunungan yang diketahui sangat rentang akan terjadi konflik antara kelompok atau pendukung, namun saat ini antara kelompok itu sendiri telah terjadi pengurangan. Pengurangan itu saya lihat karena di setiap kabupaten pilkada serentak dilakukan di waktu yang sama dan juga di hari yang sama. Sehingga ini yang membuat dari kabupaten lain memberi dukungan di kabupaten lain, bahkan bisa juga dari keluarga. Misalnya Lany Jaya dengan Tolikara atau Puncak Jaya dengan Memberamo Tengah,” ujar Yan Wenda.

Untuk itu, Yan Wenda berharap, semoga di pemilu yang akan datang, ada regulasi regulasi yang harus diperbaiki. “Diperbaiki itu misalnya dalam merekrut Panitia pemilihan kecamatan (PPK)  yang di tingkap Papua ini disebut PPD atau Panitia Penyelenggara Distrik. Batas usia ini juga harus jelas, sehingga regulasinya ini harus dibuat. Saya harap pada pemilu pemilu yang akan datang, batasan usia ini minimal harus berusia 30 tahun keatas. Kalau kita merekrut masih dibawa 20 atau 25 tahun, ini anak anak masih labil dan tingkat kedewasaan mereka juga belum stabil dan belum mandiri, bahkan belum siap untuk menghadapi hal hal seperti ini. Sehingga bisa saja pikiran mereka terganggu dan mereka langsung berubah karena ada kepentingan kepentingan partai politik, sehingga mereka tidak komitmen lagi dengan janjinya karena harus mengamankaan calon pemimpin lain,’ tandasnya.

Bahkan Yan Wenda mengingatkan, perlu adanya pembatasan usia dan wajib ikut bimbingan tehknis (Bimtek) sebelum mereka (PPD) ditugaskan di lapangan. Sehingga pada saat ajang pemilihana kepala daerah atau Pilkada, tidak terjadi lagi kecurangan di lapangan atau pengalihan suara yang hasilnya nanti tidak sama pada saat di plenokan. “Ini yang dinamakan politik kotor,” cetusnya.

Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Tolikara ini menyatakan, kekurangan-kekurangan inilah harus dibenahi, supaya Pemilukada yang akan datang tidak terjadi seperti ini yang serba kacau dan kasar.

Namun kata Yan Wenda, pada prinsipnya pemilu serentak ini sangat bermanfaat bagi daerah-daerah yang ada di Papua, khususnya di wilayah Pegunungan, sebab pemilu serentak ini juga ada manfaatnya.

“Manfaatnya ada dua sisi seperti yang sudah saya jelaskan tadi diatas. Ada manfaat positif ada manfaat negatif. Itu yang saya lihat, terutama regulasi dalam merekrut PPK ini harus dibenahi dan pembatasan usia harus jelas. Karena pembatasan usia ini harus diatas 30 tahun supaya tingkat kedewasaan itu harus ada pada mereka supaya suara suara suara rakyat itu tidak mainkan, atau dihilangkan atau dialihkan kepada calon tertentu. Jadi harus dipastikan aman suara rakyat ini sebelum masuk di tingkat KPU. Itu kreteria yang harus di benahi,”tegasnya.

Selain umur, kata Yan Wenda, tapi juga punya rasa tanggungjawab dan punya komitmen, tidak mudah terpengaruh. Dan yang paling penting harus dilihat dari latar belakang pendidikannya. Semua tu harus diperhitungkan supaya mereka kerja sesuai tupoksinya.

“Kalau kreteria itu diterapkan dan mengedepankan prinsip, saya yakin mereka tidak melanggar sumpah janji jabatan. Jadi hal hal ini lah yang perlu dibenahi. Tapi pada prinsipnya pilkada ini jalan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang undangan. Memang ada beberapa kendala, baik dari sisi positif maupun negatif. Semoga apa yang saya sampaikan ini dapat dipahami dan di mengerti oleh orang orang pengambil kebijakan untuk membuat perubahan dalam regulasi regulasi tersebut.

Menurut Yan Wenda, masukan ini sabagai salah satu informasih untuk kedepannya dapat di perbaharui atau membenahi kekurangan yang ada dalam regulasi itu. Namun pada pada prinsipnya Pemilu berjalan aman, damai.

“Memang di beberapa kabupaten terjadi konflik tapi itu pun kembali lagi ke partai politik dan memberikan pendidikan politik kepada caleg calegnya, sehingga kecil kemungkinan untuk terjadi konflik. Ya kita berharap semoga pada pemilihan bupati dan wakil bupati nanti tidak terjadi konflik konflik seperti ini,’harapnya.

Yan Wenda menambahkan, jadi pemimpin itu Tuhan sudah tentukan, kita mau jadi apa pun itu Tuhan sudah tetapkan dalam hidup kita dan garis kepemimpinan ini Tuhan juga sudah tetapkan. Kita ini hanya jalani saja, semua butuh proses dan menunggu petunjuk dari Tuhan, akan dibawa kemana takdir dan masa depan kita,” imbuhnya. (Tiara).