Pasific Pos.com
Kota Jayapura

Workshop HPI, Lahirkan 5 Program Unggulan

Ketua II PGGP, Pdt Metusaleh P.A Maury S.Th ketika menutup kegiatan Workshop Membangun Paradigma Inklusif (MPI) yang digelar oleh PGLII, PGGP dan Wahana Visi Indonesia di Entrop Kota Jayapura pada 23-25 Februari 2022.

JAYAPURA – Lokakarya Membangun Paradigma Inklusif (MPI) dengan tema “Api Injil Terus Menyala dari Tanah Papua” digelar oleh PGLII, PGGP dan Wahana Visi Indonesia di Entrop Kota Jayapura pada 23-25 Februari 2022.

Kegiatan yang dihadiri 13 peserta meliputi para Pendeta dan Pastor, Pimpinan Gereja dan Sekolah Tinggi Teologia (STT), serta Fasilitator, dan co-fasilitator ini, menghasilkan program turunan berupa 5 (lima) program unggulan dan prioritas yang terdiri dari 2 (dua) program Pendidikan yaitu Integrasi Sekolah Minggu dan PAUD melalui program pembekalan guru Sekolah Minggu dan PAUD, Program Penggalangan Pendanaan. Sedangkan bidang ekonomi, membuat 2 (dua) program unggulan dan prioritas yaitu pendataan pemberdayaan ekonomi jemaat dan pedagang di pasar tradisonal.

Dan program unggulan di dalam menangani isu-isu sosial termasuk diantaranya adalah penanganan 60.000 pengungsi dan pembangunan shelter (penampungan sementara untuk para pengungsi) masyarakat korban konflik.

Workshop MPI merupakan bagian dari rangkaian Hari Pekabaran Injil (HPI) ke-167 di Tanah Papua. Dalam sambutannya saat acara pembukaan Workshop, Ketua II PGGP, Pdt Metusaleh P.A Maury S.Th mengharapkan supaya para peserta bersemangat dan menghasilkan program turunan dari hasil rekomendasi HPI dengan perspektif inklusif.

HPI yang diperingati oleh Persekutuan Gereja-Gereja Papua merupakan titik tolak membangun semangat iman, ketahanan pengharapan dan jangkauan kasih yang meluas, melintas batas.

Kehadiran gereja-gereja Papua adalah sebagai umat Allah yang dipanggil untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah yang dinampakkan dalam kepeduliaan untuk menyelesaikan masalah Pendidikan, ekonomi dan isu-isu sosial di Papua.

Melalui pembelajaran metode analisis sosial, para peserta Workshop menemukan bahwa salah satu masalah dalam bidang pendidikan di Papua adalah belum terintegrasinya Sekolah Minggu dan PAUD akibat perbedaan doktrin, termasuk kurangnya dukungan stakeholder dan minimnya pendanaan, serta belum adanya sistem rekrutmen dan kurikulum yang memadai.

Para peserta pun turut berlatih menyusun program lainnya di bidang ekonomi dan isu-isu sosial terkait dengan penanganan pengungsi dengan menggunakan model analisa MPI.

Foto Bersama peserta Workshop Membangun Paradigma Inklusif (MPI) yang digelar oleh PGLII, PGGP dan Wahana Visi Indonesia di Entrop Kota Jayapura pada 23-25 Februari 2022.

Salah satu peserta pelatihan, Maryam Deda (Pengajar STT Baptis Papua) mengaku bersyukur dengan kegiatan yang dilaksanakan. Dikatakannya, dengan workshop tersebut pihaknya mengaku lebih tajam dalam menganalisis masalah-masalah sosial yang ada, mencari akar persoalan hingga bertindak memberikan kontribusi nyata dalam lingkup.

“Saya berharap, Pelatihan MPI yang mengubah pola pikir, sikap dan tutur kata ini dapat berdampak di tengah situasi Papua yang rumit dan penuh persoalan. Dimulai dari kita yang mengalami pembaharuan dalam Kristus dan menerapkan nilai-nilai Kerajaan Allah itu di semua dimensi kehidupan. HPI ke-167 menjadi catatan bagi gereja untuk tidak memikirkan diri sendiri, melainkan berkolaborasi dalam proses menciptakan Papua yang lebih baik ke depan,”katanya.

Pdt. Dr. Robert Marini M.Th. (Ketua Sinode Gereja Pentakosta di Papua) pun menyambut baik kegiatan ini. Dirinya bangga bisa bertukar pikiran dengan para gembala dan tutor dari Jakarta hingga mampu membuka paradigma serta kapasitas baru dalam pergerakan oikumene demi pembaharuan gereja. Pihaknya optimis momentum HPI menjadi momen kebangkitan baru ditengah gejolak Pandemi global, serta kondisi Indonesia yang multi suku, budaya dan agama.

“Kebangkitan gereja ini bukan sesuatu yang kecil, namun dengan adanya rekomendasi / keputusan HPI melalui konferensi yang juga diperdalam melalui Lokakarya MPI ada suatu kekuatan baru yang luar biasa. Kami sangat berterima kasih pada para fasilitator yang sangat akrab seperti keluarga dan setia mendampingi dalam Lokakarya MPI sehingga para peserta dapat mengeksplor sejauh mana masalah-masalah di Papua dapat diselesaikan, terlebih lagi adanya sinergitas antara pemerintah dengan PGGP dan Gereja,”ucapnya.

“Ini sesuatu yang belum pernah kita lihat, ketua DPR Papua sendiri yang sampai menjadi Ketua Panitia HPI, jadi ini kesempatan yang Tuhan berikan untuk kita manfaatkan dengan baik,” sambungnya.

Pdt. Dr. Alfius Aninam (Wakil Ketua II STAKPN Sentani) menyebut, workshop bersama menjadi solusi kongkrit untuk mencari solusi atas suatu persoalan. Terlebih bagi Perguruan Tinggi dan gereja.

“Kadang kita cenderung memikirkan program besar, namun hasilnya tidak maksimal. Melalui pelatihan ini, diperkenalkan cara dan metode dalam mencari solusi dan aplikasi untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Terima kasih untuk penyelenggara dan para fasilitator MPI yang luar biasa maksimal memberikan bekal pemikiran inklusif sehingga para peserta mampu menjembatani dan menghadirkan kerajaan Allah bagi semua masyarakat di Papua dari berbagai latar belakang suku, agama, ras Ini,” ucapnya.

“Harapan kami, kegiatan ini terus dilaksanakan agar semakin banyak orang yang ditolong untuk berpikir secara komprehensif dan lebih metodis sehingga mampu menangani persoalan-persoalan di Papua,” sambungnya.

Diakhir acara, selain diisi dengan refleksi, juga diisi dengan komitmen para peserta untuk melanjutkan MPI ke tempat pelayanan masing-masing. “Saya berjanji untuk bersikap inklusif terhadap siapa saja” ungkap Pdt. Johny Sugianta S.Th yang diungkapkan dalam tulisan komitmennya.

Demikian juga diekspresikan oleh Pdt. Yan Braher Tomasoa “Saya berkomitmen mulai hari ini akan mulai terbuka dan melibatkan banyak pihak dalam pelayanan saya, serta menggunakan analisa sosial untuk melakukannya”.

Penutupan workshop juga diteguhkan oleh Firman Tuhan yang disampaikan oleh Sekum (Sekretaris Umum) PGLII, Pdt. Tommy Lengkong M.Th tentang tema “Hidup yang Berguna Bagi Sesama”. Makin terasa lengkap dan paripurna, karena peneguhan dan pengutusan melalui Firman Tuhan untuk Membangun Paradigma Inklusif yang merupakan suatu upaya gereja untuk menghadirkan diri sebagai persekutuan orang percaya yang saling berkolaborasi dan memberikan nilai guna bagi sesama. Selamat ber-MPI dan selamat mempraktekkan hidup yang berguna bagi sesama.