Pasific Pos.com
HeadlineKota Jayapura

Serahkan SK Penggabungan STIH dan STMIK Umel Mandiri, Kepala LLDIKTI: ini Sebuah Sejarah Baru di tanah Papua

Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah XIV Papua- Papua Barat, Dr. Suriel Semuel Mofu ketika menyerahkan Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Republik Indonesia tentang Penggabungan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) dan Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer (STMIK) Umel Mandiri kepada Ketua Umum Yayasan Umel Mandiri Jayapura,  Dr. H. Muhhamad Husni Ingratubun.

Jayapura – Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah XIV Papua- Papua Barat Dr. Suriel Semuel Mofu  menyerahkan Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Republik Indonesia tentang Penggabungan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) dan Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer (STMIK) Umel Mandiri kepada Ketua Umum Yayasan Umel Mandiri Jayapura  Dr. H. Muhhamad Husni Ingratubun.

Penyerahan SK Penggabungan STIH dan STMIK Umel Mandiri menjadi Universitas Doktor Husni Ingratubun (UNINGRAT) Papua ini, berlangsung di Aula Lantai II, Gedung Kampus Umel Mandiri Jayapura, Papua, Jumat (17/3/2023).

Kepada wartawan, Kepala LLDIKTI Wilayah XIV Papua – Papua Barat Dr. Suriel Semuel Mofu mengungkapkan bahwa penggabungan STIH dan STMIK Umel Mandiri merupakan sejarah baru bagi dunia Perguruan Tinggi di Tanah Papua.

“Penggabungan ini merupakan sejarah baru bagi dunia perguruan tinggi di Tanah Papua sebab anjuran pemerintah tentang penggabungan ribuan perguruan tinggi yang tersebar dari Sabang Sampai Merauke untuk kita di Papua, ini baru yang pertama kali dan Uningrat adalah salah satu contoh,” kata Semuel Mofu usai penyerahan SK.

Selain itu menurut Semuel Mofu, penggabungan STIH dan STMIK Umel Mandiri kedepannya akan menjadi sebuah kekuatan baru.

“Karena tadinya perguruan tingginya berjalan sendiri-sendiri, bersaing antar masing-masing perguruan tinggi, sekarang menjadi satu universitas sehingga semuanya berada dibawah satu bendera. Dan tentu saja kedepan, publikasi-publikasi dari dosen-dosen ini semuanya akan menjadi satu kekuatan baru bagi Uningrat untuk terus memacu dan meningkatkan kualitasnya dalam dunia pendidikan tinggi,” jelasnya.

Semuel berharap, kedepan perguruan tinggi lainnya yang mahasiswanya berada dibawah seribu mahasiswa itu sebaiknya, bergabung supaya bisa menjamin kualitas perguruan tinggi. Karena standar utama yang dikejar satu perguruan tinggi itu, memiliki tiga ribu mahasiswa.

”Itu akan menjadi indikator kinerja utama kementerian bahwa kita, berhasil meningkatkan kualitas perguruan tinggi. Untuk itu, saya berharap dengan keluarnya Uningrat sebagai sebuah perguruan tinggi baru di Tanah Papua ini, akan menyusul perguruan-perguruan tinggi yang berada dibawah kendali satu yayasan yang memiliki perguruan tinggi lebih dari satu, supaya segera mengusulkan penggabungan perguruan tinggi,” harapnya.

Negara kata Semuel, membiayai dan menyediakan anggaran juga untuk proses itu sehingga LLDIKTI, siap sekali untuk membantu proses penggabungan perguruan tinggi yang ada di tanah Papua.

“Sebab kedepan yang kami harapkan bukan kuantitas tapi kualitas. Jadi sekalipun kita memiliki jumlah perguruan tinggi yang tidak banyak, tapi dapat menunjukan kulitas yang baik dan tentunya itu akan berdampak bagi pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) pendidikan tinggi di tanah Papua,” pungkasnya.

Di tempat yang sama, Ketua Umum Yayasan Umel Mandiri Jayapura,  Dr. H. Muhhamad Husni Ingratubun mengatakan bahwa penggabungan STIH dan STMIK ini terjadi dikarenakan pihaknya memanfaatkan peluang yang diberikan pemerintah pusat melalui program Kemendikbud Ristek RI.

“Jadi kita melihat peluang itu. Yang mana kita ditawarkan agar perguruan tinggi yang lebih dari satu, yang berada di satu payung hukum supaya melebur jadi satu universitas dan diberikan kemudahan untuk kita termasuk pembiayaan,” ujarnya.

Ia juga mengungkapkan alasan lain yang mendorong terjadinya penggabungan tersebut karena ingin mewujudkan harapan para dosen yang ingin menjadi Guru Besar.

“Dosen kita kan Doktor nya banyak tentu harapan mereka itu  menjadi Guru Besar (Profesor) tapi kan kalau di sekolah tinggi peluangnya sangat kecil, berbeda dengan universitas yang memiliki peluang cukup besar. Makanya kita merubah ini, yaitu untuk  kepentingan semua itu,” terangnya.

Ketika dimintai tanggapan terkait kompetitor diantara banyaknya perguruan tinggi di Tanah Papua, kata Dr Ingratubun bahwa pihaknya tidak mengkhawatirkan hal tersebut.

“Bagi saya kompetitor itu harus ada supaya ada inovasi dan strategi baru yang kita bangun. Karena membangun sesuatu, tentu kita harus mengukur kompetitor kita dan Insya Allah kami bisa untuk itu. Lagipula kita kan sudah punya brand diluar jadi kita tidak ragu,” tegasnya.