Pasific Pos.com
Opini

PAPUA, PULAU KAYA PRESTASI

Anak-anak Papua saat bermain dengan bendera merah putih (foto/Save.id)

“Orang telah tahu semua pun tahu. Di lapangan hijau kini telah muncul di ufuk timur Mutiara hitam. Timmo Kapisa Yohanes Auri dan kawan-kawannya bermain gemilang menerjang lawan dan selalu menang. Persipura Mutiara Hitam. Persipura selalu gemilang.”

Begitulah kira-kira sepenggal lirik yang diciptakan Band Black Brothers untuk klub Persatuan Sepak bola Indonesia Jayapura alias Persipura. Euforia itu merupakan luapan kegembiraan lantaran berhasil mengalahkan Persija dalam final Piala Presiden Soeharto III pada 1976. Pertandingan yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno di Jakarta itu, dimenangkan Persipura dengan skor 4-3.

Tak salah memang menyematkan istilah Mutiara Hitam pada orang-orang asal Papua bertalenta ini. Karena banyak melahirkan pemain yang membela tim nasional Indonesia. Sebut saja misalnya Boaz Solossa yang pernah terpilih menjadi top scorer Liga Indonesia pada 2008-2009, 2020-2011, dan 2013; Rudolof Yanto Basna yang turut serta mengharumkan nama Indonesia di luar negeri, sebab bermain untuk klub di liga Thailand; Todd Rivaldo Ferre dengan liukan dan tendangan bebas mematikan lawan; jam terbang Osvaldo Haay dari level tim nasional junior hingga senior; dan penerusnya Marinus Maryanto Wanewar yang baru berusia 24 tahun tapi sudah mengecap level timnas senior.

Itu baru di dunia sepak bola. Lalu bagaimana di cabang olahraga lain? Sebut saja nama Lisa Rumbewas. Atlet angkat besi kelahiran 1980 ini mengharumkan nama Indonesia di Olimpiade dengan membawa 2 medali perak pada tahun 2000 dan 2004. Dari cabang atletik, duo nama Serafi Anelies Unani dan Franklin Ramses Burumi melejit dalam gelaran SEA Games 2011 di Palembang. Serafi sukses meraih emas dengan catatan 11,69 detik sekaligus mengakhiri penantian Indonesia selama 12 tahun di sektor lari 100 meter. Sementara Franklin, membawa 3 medali emas di nomor berbeda, yakni 100 meter, 200 meter, dan 4×100 meter estafet putra.

Tak melulu soal olahraga, dalam bidang lain pun juga demikian. Mutiara-mutiara hitam terus bermunculan.

Ellen Rachel Aragay merupakan runer-up Miss Indonesia 2014 mengkampanyekan stop kekerasan dalam rumah tangga di kontes kecantikan internasional, Face of Beauty International 2018. Dia menjadi perempuan asal Papua pertama yang mewakili Indonesia dalam sebuah kontes kecantikan internasional. Nama lain ada Agustine Ariella Nere atau yang lebih dikenal sebagai Putri Nere. Dia lebih dulu menang ajang kecantikan Miss Papua 2006 dan berlanjut menjadi finalis Miss Indonesia 2006 dengan meraih gelar Miss Persahabatan.

Penyanyi asli Papua Edo Kondologit tampil sebagai penyanyi pembuka pada acara pembukaan PON XX Papua 2021.

Suara-suara emas nan merdu juga menghiasi dunia tarik suara Indonesia. Edo Kondologit merupakan penyanyi senior di era 1980-an. Edo juga pernah terlibat dalam dunia akting lewat film dan sinetron. Dengan suara yang khas, Nowela Elizabeth Mikhelia Auparay alias Nowela dikenal setelah ikut ajang pencarian berbakat, Indonesian Idol. Di ajang yang sama, muncul nama Michael Herman Jakarimilena alias Michael Idol. Dia sukses melaju hingga babak 5 besar.

Di jalur komedi kekinian, yakni stand up, muncul nama Mamat Alakatiri. Komika kelahiran tahun 1992 ini kerap membawa materi tentang keindahan Papua. Dalam podcast “Papua adalah Kita,” Mamat menceritakan perihal marga Alkatiri yang berasal dari keturunan Arab di Papua. Katanya, ini menandakan proses asimilasi yang berjalan di sana.

Siapa yang tak suka dengan kopi? Minuman yang sedang hit ini juga membawa berkah tersendiri bagi Yafeth Steven Wetipo. Saat ini dia menjadi satu-satunya pengusaha asli Papua yang memegang sertifikat roaster kopi. Awalnya dia kesulitan untuk menembus pasar. Ia hanya berjualan biji kopi green beans yang dikemasnya sendiri. Namun karena tekadnya yang kuat, ia mencoba untuk mengikuti pelatihan berbisnis. Kini Yafet sudah dipercaya menjadi salah satu pemasok kopi di berbagai restoran dan cafe di Papua, hingga melayani permintaan dari luar provinsi.

Mutiara terpendam juga sudah masuk dalam pemerintahan Indonesia. Diawali dengan munculnya putra Papua, Freddy Numberi, sebagai kepala daerah (gubernur) era Presiden Soeharto. Karirnya semakin meningkat saat zaman Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Negara Pendayaan Aparatur Negara. Dan hingga kini di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, mutiara hitam dari Papua semakin banyak muncul di pemerintahan, antara lain sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia. Bahlil merupakan putra asal Fakfak, Papua Barat. Tak ada yang menyangka, bahwa dia pernah menjadi kernet angkutan umum. Dunia kemiskinan yang erat dalam diri Bahlil, membuatnya semangat untuk berubah. Jadilah dia pengusaha sukses di Fakfak. Bahkan pernah memimpin organisasi Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI), selama hampir 4,5 tahun, pada periode 2015-2019.

Presiden Joko Widodo juga mempercayakan posisi Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahanan Rakyat kepada putera Papua, John Wempi Wetipo. Sebelumnya, Wempi pernah menjadi Bupati Jayawijaya di dua periode, yaitu 2008-2013 dan 2013-2018. Bahkan dia pernah mendapat penghargaan dari KPK terkait manajemen keuangan yang diterapkan saat dia memimpin di Jayawijaya.

Selain itu terdapat juga beberapa putra Papua yang berhasil di lingkup pemerintahan, seperti Billy Mambrasar, Lenis Kagoya, dan Ali Mochtar Ngabalin sebagai tenaga ahli Kantor Staf Presiden RI serta pernah menjabat anggota Komisi I DPR RI.

Itulah beberapa nama mereka yang sukses dari tanah Papua. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa orang Papua bisa maju. Melalui dukungan pemerintah Indonesia dan kemauan dari diri sendiri untuk tetap berusaha, tentunya dapat mewujudkan apa yang menjadi cita-cita generasi muda Papua. Jangan lupa untuk terus semangat, tekad kuat, dan pantang menyerah, demi keberhasilan dan kesuksesan. Karena dengan begitu, rasa cinta tanah air akan terus terjaga dan secara bersamaan akan memiliki kebanggaan sebagai orang Papua. Hal ini juga diungkapkan Putri Nere dalam podcast “Papua adalah Kita,” “Karena memang selalu kalau (ada) event saya selalu bawa nama Papua. Saya bangga jadi orang Papua di mana pun saya berada, saya tetap bangga jadi perempuan Papua. Di mana pun torang berada, walaupun di dalam Papua atau di luar Papua, saya bangga jadi orang Papua.”

Cerita lengkapnya silakan klik: https://www.youtube.com/watch?v=jPFzw5dp1vg&t=538s.