Jayapura,- Dalam sepekan lebih sejak pelantikannya oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Gubernur Papua Mathius D. Fakhiri dan Wakil Gubernur Papua Aryoko Rumaropen mulai menunjukkan arah baru kepemimpinan di Bumi Cenderawasih.
Kepemimpinan yang bekerja cepat, menyentuh rakyat, dan berpijak pada kasih sebagai bahasa politik Papua.
Sejak awal minggu, Gubernur Fakhiri dan Wagub Rumaropen memulai langkah dengan koordinasi bersama kementerian dan lembaga di Jakarta untuk menyinergikan program nasional dengan prioritas pembangunan Papua. Fokus pembahasan diarahkan pada SDM Papua, pemberdayaan ekonomi rakyat, penguatan pertanian, dan peningkatan infrastruktur dasar di sembilan kabupaten/kota wilayah Provinsi Papua.
“Papua tidak boleh hanya menjadi objek pembangunan, tetapi harus menjadi subjek yang menentukan masa depannya sendiri,” tegas Gubernur Fakhiri dalam salah satu pertemuan di Jakarta.
Saat Kembali ke Tanah Papua, Disambut Kasih Oleh Rakyat
Usai menjalani seluruh rangkaian koordinasi di Ibu Kota, Gubernur dan Wakil Gubernur kembali ke Bumi Cenderawasih, Papua pada Kamis, 6 Oktober 2025, dan keduanya pun disambut hangat oleh masyarakat, tokoh adat serta Forkopimda Papua di Bandara Sentani.
Sambutan meriah tersebut mencerminkan rasa optimisme baru rakyat Papua terhadap kepemimpinan yang diharapkan membawa harmoni dan keadilan bagi semua wilayah — dari pesisir, lembah, hingga pegunungan dan dari kampung hingga kota.
Dalam kesempatan itu, Gubernur menyerukan semangat “Harmoni Papua” sebagai arah kerja bersama:
“Kita semua satu keluarga. Mari kita jaga rumah besar ini dengan kasih dan kerja bersama,” ujarnya.
Politik Sebagai Pengabdian
Disela agenda Pemerintahan, Gubernur Fakhiri dan Wagub Rumaropen juga menghadiri Musyawarah Daerah (Musda) XI Partai Golkar Papua, pada 17 Oktober 2025, (17/10), di mana Gubernur Papua terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPD Partai Golkar Papua.
Dalam sambutan pokitiknta, Gubernur Fakhiri menegaskan bahwa kepemimpinan politik harus dimaknai sebagai bentuk pelayanan, bukan perebutan kekuasaan.
“Menjadi pemimpin bukan tentang kedudukan, tetapi tentang pengabdian. Golkar Papua harus menjadi rumah besar bagi semua anak negeri,” tegas Gubernur Fakhiri yang langsung disambut tepuk tangan dengan riuh dari peserta Musda.
Pernyataan tersebut menjadi cerminan nilai politik baru di Papua. Politik kasih dan persaudaraan, yang selaras dengan semangat pemerintahan daerahnya.
Kepemimpinan yang Mendengar, Bukan Sekadar Bicara
Sementara itu, menurut Juru Bicara Gubernur Papua, Muhammad Rifai Darus, rangkaian agenda Gubernur selama sepekan terakhir menunjukkan kepemimpinan yang aktif, responsif, dan berorientasi rakyat.
“Pak Gubernur Fakhiri ingin rakyat Papua merasakan pemerintah yang bekerja dengan hati, mendengar sebelum bicara, dan hadir sebelum diminta,” ujar Rifai Darus.
Ia menambahkan bahwa pendekatan Gubernur berbasis pada politik harmoni — membangun sinergi sosial antara pemerintah, masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama.
Penedakatan ini diharapkan menjadi fondasi kepercayaan kepercayaan publik terhadap arah baru pemerintahan Papua yang terbuka, inklusif, dan berkeadilan.
Diakhir pernytaannya, ia menekankan, bahwa langkah awal ini sekaligus menjadi pondasi kepercayaan publik terhadap arah baru pemerintahan Papua yang lebih terbuka dan berkeadilan.
“Papua sedang berjalan dengan langkah kasih. Kami tidak sedang mengejar kemewahan, tapi menjemput keadilan. Pemerintah hadir bukan untuk memerintah, melainkan untuk melayani,”
tegas Gubernur Mathius Fakhiri melalui Juru Bicara-nya, Muhammad Rifai Darus.
Untuk itu, dengan semangat “Harmoni Papua – Bersatu, Berkarya, dan Membangun Bersama menuju Papua Cerah,” Pemerintah Provinsi Papua menegaskan komitmennya menghadirkan pemerintahan yang mendengar, bekerja, dan melayani seluruh rakyat Papua. (Tiara)