Jayapura,- Provinsi Papua dipastikan absen dalam gelaran Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VIII tahun 2025 yang akan berlangsung di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Absennya kontingen Papua dalam ajang olahraga nasional tiga tahunan ini menimbulkan kekecewaan mendalam di kalangan atlet dan pelaku olahraga rekreasi di Papua.
Padahal, sesuai jadwal, FORNAS 2025 akan dibuka secara resmi pada Sabtu, 26 Agustus mendatang. Namun hingga kini, tak ada tanda-tanda kesiapan keberangkatan dari Papua.
Kekecewaan para atlet pun memuncak. Rabu (23/7), perwakilan atlet dari beberapa Induk Organisasi Olahraga (Inorga) seperti Persatuan Olahraga Tradisional Indonesia (Portina) dan Asosiasi Seni Tarung Tradisi (Asta), menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Papua.
Mereka membawa sejumlah pamflet berisi pesan protes, di antaranya berbunyi: “pemerintah jangan tutup mata prestasi olahraga di tanah papua”, dan “pertama dalam sejarah, papua tidak ikut fornas”.
Carolina Jela, salah satu perwakilan atlet yang ditemui media, mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap pemerintah daerah.
Menurutnya, para atlet telah berlatih secara mandiri selama setahun penuh, namun hasilnya nihil karena tidak adanya dukungan anggaran dari Pemprov Papua.
“Kami datang untuk mempertanyakan kenapa sampai kami tidak diberangkatkan. Kami bukan datang menuntut untuk kepentingan pribadi, tapi demi harga diri Papua di mata olahraga nasional,” tegas Carolina.
Ia menambahkan, Papua bukan peserta biasa di ajang FORNAS. Di edisi sebelumnya, atlet dari Asta berhasil menyumbangkan satu medali emas dan satu perunggu. Bahkan tim tarik tambang Papua telah lima kali berturut-turut menjadi juara bertahan.
“Ini bukan sekadar olahraga, tapi soal harkat dan martabat orang Papua yang dihargai lewat prestasi,” tambahnya.
Kabar menyedihkan ini diperkuat oleh pernyataan resmi dari Sekretaris Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) Provinsi Papua, Simon Rumbiak.
Ia mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi, namun akhirnya harus menerima kenyataan bahwa keterbatasan anggaran menjadi penghalang utama.
“Pemerintah menyampaikan bahwa karena keterbatasan fiskal dan fokus pada pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang (PSU) Gubernur dan Wakil Gubernur Papua, maka dukungan untuk keberangkatan atlet ke FORNAS tidak dapat diberikan,” jelas Simon.
Meski begitu, Simon menyebut masih ada secercah harapan. Dua Inorga dari Papua dilaporkan tetap memilih berangkat secara mandiri ke NTB dengan biaya sendiri, dukungan komunitas, sponsor, atau jaringan kemitraan lokal.
“Kami apresiasi semangat teman-teman yang tetap berangkat dengan segala keterbatasan. Semoga mereka tetap membawa nama baik Papua di kancah nasional,” tutupnya.
Absennya kontingen resmi Papua ini menjadi catatan kelam dalam sejarah keikutsertaan daerah tersebut di ajang FORNAS, sekaligus menimbulkan pertanyaan besar tentang komitmen pemerintah daerah dalam mendukung potensi dan prestasi olahraga di Papua.