Jakarta – Perkembangan media digital harus terus diikuti oleh para jurnalis, namun berbagai dampaknya juga harus dipahami.
Demikan dikatakan oleh Angga Aliya Firdaus, Redaktur Detikcom, saat memberi pembekalan bagi 33 jurnalis dari Papua.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Capacity Building Jurnalis Papua yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Papua di Jakarta, Kamis (9/10/25).
Menurutnya, peran media tidak lagi sepenuhnya dikendalikan redaksi, melainkan ditentukan oleh perilaku audiens di platform digital.
“Dulu media memberi tahu, sekarang audiens yang memilih,” ujarnya.
Saat ini media telah bergeser dari sistem editor-driven menjadi audience-driven, dimana algoritma media sosial menentukan apa yang dilihat pembaca. Ini menjadi tugas jurnalis untuk mampu memahami data, perilaku audiens, serta menguasai berbagai platform digital.
” Pentingnya integrasi redaksi lintas platform, agar jurnalis mampu menyajikan berita dalam berbagai format, mulai dari teks, visual, hingga video pendek seperti TikTok dan YouTube Shorts,”
“Sekarang bukan hanya headline yang kuat, tapi timeline yang berkuasa. Pembaca lebih banyak mendapatkan berita dari rekomendasi algoritma,” tambahnya.
Angga juga menyampaikan dimana saat ini teknologi Open Source Intelligence (OSINT) dan Artificial Intelligence (AI) dapat menjadi alat bantu penting bagi jurnalis dalam proses verifikasi data, investigasi, dan pencegahan disinformasi.
Namun, Angga menegaskan bahwa penggunaan AI dalam dunia jurnalistik harus memperhatikan etika dan tanggung jawab profesi, termasuk menjaga kebenaran dan keandalan informasi, transparansi proses redaksi, akuntabilitas sumber dan data, keterbukaan terhadap potensi bias teknologi,Privasi dan keamanan data.
“AI memang bisa mempercepat kerja redaksi, tapi jurnalis tetap harus menjadi penentu kebenaran,” tegasnya.
Penyampaian materi ini semakin menarik saat adanya tanya jawab yang diwarnai pemberian cenderamata. Peserta saling berlomba menyampaikan pendapatnya.