Pasific Pos.com
Kabupaten Jayapura

Gelar Halal Bihalal, Maturbongs: Untuk Membangun Kebersamaan Kerukunan Keluarga Kei Kabupaten Jayapura

Foto bersama pengurus dan anggota Kerukunan Keluarga Kei Kabupaten Jayapura usai menggelar Acara Halal Bihalal, di Halaman Masjid Agung Al-Aqsha, Kota Sentani, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Sabtu 7 Mei 2022

SENTANI – Kerukunan Keluarga Kei Kabupaten Jayapura menggelar Halal Bihalal di Halaman Masjid Agung Al-Aqsha, Kota Sentani, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Sabtu 7 Mei 2022.

Halal Bihalal tersebut mengangkat tema Dengan Idul Fitri 1443 H, kita tingkatkan semangat kebersamaan keluarga Kei Kabupaten Jayapura.

Sedangkan hikmah atau tausiah dari kegiatan Halal Bihalal ini dibawakan oleh Prof. Dr. H. Idrus Alhamid, S.Ag., M.Si, yang juga Rektor IAIN Fatakhul Muluk Papua.

Halal Bihalal bertepatan dengan suasana Hari Raya Idul Fitri H ini selain dihadiri para pengurus Kerukunan Keluarga Kei Kabupaten Jayapura, juga hadir ratusan warga Kei yang ada di Kabupaten Jayapura.

Di samping itu, juga hadir Ketua FKUB Kabupaten Jayapura Pdt. Alberth Yoku, S.Th, sesepuh Kerukunan Keluarga Kei Kabupaten Jayapura, pengurus Ikemal Pusat di Tanah Papua, Ketua Ikemal Kabupaten Jayapura Herald J. Berhitu, Ketua Ikemalteng Kabupaten Jayapura yang juga Ketua Panitia Hari Pattimura Tahun 2022 Gempa Pattisahusiwa, pengurus Ikemal dan Ikemalteng Kabupaten Jayapura.

Ketua Kerukunan Keluarga Kei Kabupaten Jayapura, Laurentius H. Maturbongs, S.P., M.Sc., mengatakan, Halal Bihalal ini digelar untuk membangun kebersamaan diantara warga Kei yang ada di Papua, khususnya yang ada di Kabupaten Jayapura.

“Jadi, kegiatan (Halal Bihalal) ini sengaja kita buat. Karena kita menyadari, bahwa manusia ini kan satu sisi adalah makhluk individu, tetapi di sisi lain dia makhluk sosial, yang dalam kehidupannya itu tidak bisa hidup sendiri dan pasti dia akan membutuhkan orang lain. Sehingga kebersamaan itulah yang mau kita bangun terus, itu harapan kami dari pengurus Kerukunan Keluarga Kei Kabupaten Jayapura,” terangnya ketika ditanya wartawan media online ini usai Halal Bihalal tersebut, Sabtu 7 Mei 2022 malam.

“Melalui Halal Bihalal ini, tentunya kita ingin agar kebersamaan yang selama ini yang mungkin agak renggang, ada kesalahpahaman dan lain sebagainya itu bisa saling memaafkan di hari yang baik ini. Dan, kita bisa sama-sama terus maju ke depan,” sambung Laurentius Maturbongs.

Lanjut Laurentius menjelaskan, di masyarakat marga Kei mempunyai falsafah atau filsafat hidup yang harus dipegang teguh oleh setiap masyarakat Kei di mana saja.

“Kalau kita di Kei itu ada istilah Fangnanan yang artinya basodara (bersaudara) dan Ain Ni Ain itu artinya kita semua berasal dari satu leluhur. Sehingga jika kita tercerai-berai itu sama saja kita menciderai kebersamaan kita sendiri,” jelasnya.

Untuk itu, Laurentius juga memberi apresiasi kepada seluruh pengurus, panitia, sesepuh, penasehat beserta masyarakat Kei yang telah berkontribusi hingga terlaksananya kegiatan tersebut.

“Ini berkat kerjasama antara pengurus dan anggota Kerukunan Keluarga Kei, baik yang beragama Kristen Protestan, Katolik dan Islam. Syukurnya disini kita ini kan berbeda-beda, ada yang dari Muslim, ada dari Katolik dan Protestan. Tapi, kita bisa sama-sama hadir melaksanakan kegiatan Halal Bihalal di Masjid Agung Al-Aqsha ini. Walaupun berbeda agama, kami selalu kompak, apalagi kami hidup di tanah rantau,” ujarnya.

“Dengan terlaksananya Halal Bihalal, kami sangat bersyukur sekali. Karena lewat kegiatan ini, kami mempererat kerukunan masyarakat Kei,” imbuh Laurentius Maturbongs menambahkan.

Sementara itu, Wakil Ketua Kerukunan Keluarga Kei Kabupaten Jayapura, Mayor Inf. Remigius Yeuyanan menambahkan, bahwa masyarakat Kei sangat terkenal dengan keberagaman agama dan boleh dikatakan di Kei sendiri, agama itu sangat fanatik baik yang beragama Katolik, Protestan maupun yang beragama Islam.

“Namun ketika kita keluar dari Kei, kefanatikan itu kita buang dengan dasar istilah Ain Ni Ain itu tadi. Karena di luar itu kita hidup dengan keberagaman, maka Bhinneka Tunggal Ika itu yang paling kita utamakan. Sehingga kita yang (ada) di luar ini mempersatukan semua keluarga besar masyarakat Kei, jadi kita tidak melihat kasta dia seperti apa. Namun yang kita lihat adalah dia dari keluarga masyarakat Kei, yang kita kedepankan adalah Kei. Sehingga semunya kita persatukan, baik itu Protestan, Katolik dan Islam di tanah rantau ini,” bebernya.

“Dengan demikian, berarti kehidupan kita sangat nyaman. Kemudian kita buat kegiatan ini biar menjadi contoh kepada saudara-saudara kita dari suku lain yang ada di lingkungan kita yang ada di tanah rantau ini. Berpatokan pada itu, berarti kita sudah melaksanakan atau menjalankan amanah leluhur. Karena tanpa itu, saya pikir kita tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi sampai kita kedepankan ego masing-masing, pasti tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan adanya falsafah hidup orang Kei Ain Ni Ain, kita kedepankan dan tonjolkan pesan leluhur ini,” tukasnya