Pasific Pos.com
Ekonomi & Bisnis

BPS: Inflasi Papua 2019 Capai 0,60 Persen

Jayapura – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua mencatat inflasi Papua pada tahun 2019 lebih rendah dibandingkan nasional. Inflasi Papua berdasarkan hasil pemantauan BPS dengan menggunakan penghitungan dan tahun dasar baru tahun 2012 di Kota Jayapura dan Kabupaten Merauke.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua, Simon Sapary menyebutkan, inflasi di Kota Jayapura pada tahun 2019 mencapai 0,60 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 2,72 persen.

“Di Kota Jayapura tercatat laju inflasi bulanan sebesar 0,66 persen, dimana inflasi bulan Desember 2018 sebesar 1,62 persen, inflasi bulan Desember 2017 sebesar 2,28 persen. Laju inflasi tahun kalender 2019 sebesar 0,60 persen, dimana inflasi tahun kalender 2018 sebesar 6,70 persen, dan inflasi tahun kalender 2017 sebesar 2,41 persen, “jelas Simon saat merilis perkembangan inflasi Papua, Kamis (2/1/2020).

“Di Merauke tercatat laju inflasi bulanan sebesar 0,86 persen, inflasi bulanan Desember 2018 sebesar 1,09 persen, dan inflasi bulanan Desember 2017 sebesar 0,97 persen. Laju inflasi tahun kalender 2019 sebesar -0,65 persen, dimana inflasi tahun kalender 2018 sebesar 5,42 persen dan inflasi tahun kalender 2017 sebesar 1,25 persen,” lanjut Simon.

Laju inflasi year on year 2019 di Kabupaten Merauke sebesar -0,65 persen, inflasi year on year 2018 sebesar 5,42 persen dan inflasi year on year 2017 sebesar 1,25 persen.

Simon mengatakan, inflasi tahunan kalender di Kota Jayapura terjadi disebabkan kenaikan harga yang cukup signifikan pada komoditi ikan ekor kuning sebesar 0,40 persen, tukang bukan mandor 0,17 persen, biaya pengiriman barang sebesar 0,07 persen, pemeliharaan atau service sebesar 0,07 persen, tarif rumah sakit 0,06 persen, bawang putih 0,06 persen, emas perhiasan 0,06 persen, pasir 0,05 persen, bawang merah 0,05 persen, mie 0,04 persen.

“Di Merauke, walaupun secara agregat terjadi deflasi, namun terdapat kenaikan harga yang cukup signifikan pada sejumlah komoditi seperti ikan mujair 0,35 persen, air kemasan 0,15 persen, daging sapi 0,15 persen, tarif rumah sakit 0,14 persen, bawang putih 0,13 persen, bawang merah 0,13 persen, obat dengan resep 0,12 persen, daging ayam kampung 0,12 persen, daging ayam ras 0,11 persen, rokok kretek filter 0,08 persen,”ujar Simon.

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Papua, Bambang Wahyu Ponco Aji mengatakan, kendati mengalami inflasi, namun terdapat sejumlah faktor penahan laju inflasi terbesar di Kota Jayapura dan Merauke.

“10 komoditi penahan laju inflasi di Kota Jayapura yakni tarif angkutan udara -0,34 persen, cabai rawit -0,28 persen, ikan cakalang -0,22 persen, tarif pulsa ponsel -0,17 persen, daging ayam ras -0,07 persen, tomat sayur -0,05 persen, cabai merah –0,04 persen, bensin -0,04 persen, wortel -0,03 persen dan bayam -0,02 persen,” kata Bambang.

Sementara, 10 komoditi penyumbang deflasi di Merauke pada tahun 2019 yakni angkutan udara -0,56 persen, kacang panjang -0,42 persen, cabai rawit -0,40 persen, cabai merah -0,27 persen, ikan kembung -0,18 persen, daun kemangi -0,16 persen, tarif pulsa ponsel -0,13 persen, kol putih-0,13 persen, ikan paha -0,12 persen dan telur ayam ras -0,10 persen. (Zulkifli)