Pasific Pos.com
Papua Selatan

Tiga Rektor Bertemu Bahas Pengembangan SDM Papua

MERAUKE,ARAFURA,-Tiga rektor dari tiga perguruan tinggi ternama di tanah Papua untuk pertama kalinya bertemu di tanah Anim Ha guna membahas tentang masalah pendidikan khususnya yang terkait dengan pengembangan SDM di Papua. Ketiga sosok hebat tersebut adalah Rektor Uncen, Dr. Ir.Apolo Safanpo, ST, MT, Rektor Universitas Papua, Dr.Ir.Jacob Manusaway, MH dan selaku tuan rumah, Rektor Unmus, Dr.Philipus Betaubun, ST, MT. Selain hadir untuk memberikan kuliah umum di kampus Unmus, kedua rektor tersebut juga menghadiri acara dialog interaktif di gedung rektorat sebelum bertolak kembali ke daerah masing-masing, Sabtu (4/5).

Dalam dialog tersebut, Apolo Safanpo mengemukakan bahwa saat ini kita tengah memasuki suatu era baru yakni era digital yang tidak bisa dibendung lagi. Para ilmuan percaya bahwa di era digital ini, nantinya suatu bangsa bisa hidup karena dua hal, yaitu karena memiliki sumber daya alam dan kompetensi sumber daya manusia. Sumber daya alam seiring berjalannya waktu pasti akan terus mengalami penurunan dari sisi kuantitas maupun kualitas karena terus dikelola untuk pembangunan di berbagai sektor. Oleh sebab itu di saat yang bersamaan, hasil pengelolaan sumber daya alam itu harus digunakan untuk meningkatkan kompetensi, kualitas dan kualifikasi sumber daya manusia kita.

Sementara itu Jacob Manusaway mengemukakan bahwa terkait dengan pemberdayaan orang Papua maka di lingkup Universitas Papua, untuk penerimaan dosen ada yang disebut dengan Putra Putri Papua (P3) sehingga pihaknya perlu untuk konek dengan statuta yang ada di dalam. Dengan demikian komitmen universitas untuk memberikan kesempatan kepada orang Papua harus ada secara internal. “Ini sudah saya lakukan  dan dengan adanya statuta itu maka kemungkinan besar kebijakan daerah ke depan akan ikut mempengaruhi sehingga perimbangan staf dosen juga harus menuju ke arah itu. Sebab kalau ditanya soal SDM maka jawabannya, berapa orang Papua yang ada di dalamnya,”jelasnya.

Menurutnya, persaingan SDM tidak bisa dianggap remeh  dan jika secara internal instrument hukumnya tidak dipersiapkan maka akan susah untuk melangkah karena tidak ada dasar.  Pada kesempatan yang sama Philipus Betaubun menjelaskan bahwa Singapura tidak memiliki sumber daya alam seperti di Papua namun memiliki SDM yang sangat kuat. Bahkan terdapat dua perguruan tinggi yang masuk sebagai perguruan tinggi berkelas dunia yang fokus mempersiapkan tenaga-tenaga SDM yang luar biasa.

Sedangkan untuk tiga perguruan tinggi besar di tanah Papua yang ada  saat ini juga tengah berupaya untuk mempersiapkan anak-anak Papua menjadi tenaga yang cukup kuat untuk memenuhi pangsa pasar yang ada di dunia. Adapun beberapa langkah yang dipersiapkan yaitu peningkatan akreditasi sebagai pra syarat ketika mahasiswa kembali ke masyarakat. Sebab yang akan ditanyakan pertama kali pasti status akreditasi perguruan tinggi tempat mahasiswa tersebut menimba ilmu.

“Sekarang secara nasional saja, ketika kita mendaftar sebagai CPNS minimal harus akreditasi B. Inilah yang kami persiapkan sehingga ketika selesai membimbing mahasiswa di tanah Papua mereka benar-benar sudah siap. Selain itu dalam bidang penelitian kami juga meningkatkan penelitian-penelitian dosen yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Ketika dapat dinikmati oleh masyarakat maka itu berarti akan berdampak pula pada peningkatan kesejahteraan masyarakat,”ujar Philipus.