Jayapura – Hasil pemantauan BPS Provinsi Papua selama Februari 2019 menunjukkan bahwa di Kota Jayapura terjadi deflasi sebesar 0,03 persen. Deflasi tersebut cenderung melambat dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,26 persen.
Kepala BPS Provinsi Papua, Simon Sapary mengatakan diantara faktor pemicu terjadinya deflasi yaitu penurunan harga pada angkutan udara dengan andil sebesar 0,384 persen, daging ayam ras dengan andil 0,033 persen, tomat sayur dengan andil sebesar 0,032 persen, bayam dengan andil 0,014 persen, telur ayam ras dengan andil 0,013 persen, dan beberapa komoditas dominan lainnya.
“Secara umum deflasi tersebut masih didominasi oleh pengaruh penurunan harga pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang memberikan andil 0,37 persen terhadap total deflasi di Kota Jayapura, “jelas Simon, Jumat (1/3/2019).
Ditambahkan, diantara faktor pemicu terjadinya deflasi yaitu penurunan harga pada kacang panjang dengan andil sebesar 0,748 persen, cabai rawit dengan andil sebesar 0,415 persen, kangkung dengan andil sebsar 0,313 persen, terong panjang dengan andil sebesar 0,283 persen, kol putih/kubis dengan andil sebesar 0,128 persen, dan beberapa komoditas dominan lainnya.
Secara umum deflasi tersebut didominasi oleh pengaruh penurunan harga pada kelompok bahan makanan dengan andil mencapai 1.91 persen terhadap total deflasi di Merauke.
Lanjutnya, di Kota Jayapura perkembangan inflasi tahun berjalan Februari 2019 mencapai -0,03 persen. Pencapaian ini lebih rendah dan terkendali dibandingkan February 2018 sebesar 1,05 persen.
Selain itu, kata Simon, inflasi secara year on year sebesar 7,03 persen dan relatif lebih tinggi dibandingkan February 2018 sebesar 3,00 persen.
Adapun di Merauke inflasi bulan berjalan Februari 2019 mencapai -2,11 persen. Pencapaian ini jauh lebih rendah dibandingkan Februari 2018 sebesar 0,90 persen.
“Adapun inflasi year on year Februari 2019 sebesar 1,40 persen dan relatif lebih rendah dibandingkan Februari 2018 sebesar 1,57 persen, “imbuhnya. (Zulkifli)