NABIRE – Hingga saat ini, tidak ada Tempat Pembuangan Sementara/Sampah (TPS) di tengah kota. Akibatnya sampah rumah tangga menumpuk di pasar dan berserakan di beberapa tempat di tengah kota. Dinas Lingkungan Hidup Bidang Pengelolaan Sampah mengangkat sampah di pasar dengan hanya mengandalkan 4 buah truck sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Karadiri.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Nabire, Gergorius Mote di kantornya, Kamis (10/1) mengatakan sebagian besar sampah yang tertumpuk di Pasar Kalibobo, Terminal Oyehe, Pasar Karang Tumaritis dan jalan Wanggar depan Perum Pemda Jayanti adalah sampah rumah tangga (RT). Sampah di tempat-tempat ini tertumpuk akibat tidak adanya TPS di tengah kota. Sebab, selama ini tidak ada TPS di dalam kota sehingga warga membuang sampah rumah tangga ke pasar.
Mote menambahkan, sebetulnya ditiga pasar dalam kota dan depan Perumahan Pemda Jayanti bukan TPS, tetapi selama ini pula membuang sampah rumah tangga disitu. Karena didalam kota tidak ada TPS.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) Dinas Lingkungan Hidup ini menjelaskan, untuk membangun yang besar belum ada tempat di dalam kota, lokasi yang tepat diluar kota. Itupun Nabire Timur agak susah, hanya terbuka untuk menempatkan TPS di Kota Nabire ada di bagian barat.
Walaupun sampah terus tertumpuk di dalam kota, Gergorius Mote mengatakan pihaknya terus berupaya mengangkut tumpukan sampah di terminal Oyehe, Pasar Kalibobo, Pasar Karang Tumaritis dengan dan jalan Wanggar depan Perumahan Pemda Jayanti dengan menggerakan 4 buah truck kontainer yang ada.
Ia menambahkan sampah pasar dan sampah keluarga itupun diangkut ke TPA Karadiri jika bahan bakarnya tersedia. Karena, dana untuk bahan bakar yang dialokasi dalam tahun anggaran berjalan juga terbatas. Usulan penambahan dana bahan bakar juga tidak ditanggapi dengan serius.
Masalah alokasi penanganan sampah di dalam kota ini DPRD lewat beberapa kali pertemuan dengan eksekutif dan didalam sidang paripurna sudah meminta eksekutif untuk menambah anggaran pengelola sampah di daerah ini. Bahkan, seluruh anggota dewan dipimpin Ketua, Marthen Douw juga audiensi langsung dengan Kepala Dinas Kebersihan (Sebelum dilebur bersama Dinas Lingkungan Hidup), bahkan sampai melihat dari dekat TPA di Karadiri. Namun, semua upaya tersebut belum mampu merubah pembagian ‘kue’ di lingkungan Pemda Nabire.
Sekalipun masih tergantung dengan dana bahan bakar minyak (BBM) untuk operasional empat armada pengangkut sampah, Mote optimis selama dana bahan bakar, sampah di kota tetap diangkut tetapi ketika tidak ada dana bahan bakar, sampah akan terus menumpuk dan menggunung di tengah kota. (ans)