Pasific Pos.com
Ekonomi & Bisnis

PLN Peduli Lakukan Pengembangan Kelompok Pemuda di Holima

Selai dari buah merah.

Olah Buah Merah Jadi Selai

Jayapura – Bagi masyarakat Papua, buah merah adalah tradisi kuliner yang begitu melekat. Karena khasiatnya untuk kesehatan begitu tersohor dan keunikannya tidak ditemukan di daerah lain di Indonesia, buah merah telah menjadi salah satu oleh-oleh khas Papua.

Jika biasanya diperjualbelikan dalam bentuk kapsul dan minyak, bagaimana ketika para pemuda dari Kampung Holima, Kabupaten Jayawijaya, mengolahnya menjadi selai?

Di tengah pandemi Covid-19, tanpa disadari oleh banyak orang bahwa terdapat potensi lokal yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi virus tersebut, yakni buah merah. Buah merah yang bernama latin Pandanus Conoideus merupakan buah endemik yang tumbuh sumbur di daratan Papua, baik dataran rendah maupun dataran tinggi hingga 2500 meter diatas permukaan laut (MDPL).

Menurut salah satu distributor produk buah merah di Jakarta, buah ini mampu meningkatkan kekebalan tubuh para penderita Covid-19. Hal tersebut dibuktikan di mana terdapat 299 dari 300 orang yang ketika dilakukan swab test hasilnya negatif setelah mengkonsumsi buah merah dalam bentuk suplemen.

Buah ini memang dipercaya kaya akan manfaat untuk mencegah dan mengobati berbagai gangguan Kesehatan. Masyarakat Papua biasanya mengonsumsi buah merah sebagai bumbu makanan atau bahkan makanan utama.

Selain itu, buah merah juga menjadi komoditi yang menjanjikan sebagai oleh-oleh khas Papua, namun biasanya dalam bentuk suplemen ataupun minyak.

Melihat peluang bisnis yang ada serta memanfaatkan hasil bumi yang melimpah, para pemuda dari Kampung Holima, Distrik Hubikiak, Kabupaten Jayawijaya, berinisiatif menciptakan varian baru olahan buah merah dengan konsep yang kekinian, sehingga menarik peminat dari generasi milenial.

Melalui bantuan PLN Peduli, mereka membuat produk selai yang dijual dengan harga Rp35 ribu per botol dengan berat 200 gram untuk wilayah Wamena, sementara di luar Wamena harga yang dipatok adalah Rp50 ribu.

“Inspirasi kami awalnya adalah keprihatinan terhadap mayoritas masyarakat di Wamena yang sangat bergantung terhadap hasil bumi sebagai sumber penghasilan, bahkan termasuk para anak muda,” jelas Novita Faidiban, Pembina Pemuda Holima.

“Kalau barang tidak terjual mereka biasanya akan langsung memasak buah tersebut untuk dijadikan pakan ternak. Karena itu kami berinisiatif membina mereka membuat produk, seperti keripik atau sambal rica sehingga bisa dijual lagi,” lanjut Novita.

Untuk produk selai buah merah sendiri mulanya kelompok ini mendapatkan saran dari seorang teman yang kemudian memberikan mereka pelatihan via Zoom Meeting. Apalagi, buah merah bisa langsung mereka dapatkan di kebun milik pribadi. Selain selai buah merah, mereka saat ini juga menjual selai buah stroberi dan nanas.

“Untuk memulai suatu bisnis kami harus memperhatikan ketahanan suplai, kami bersyukur buah-buah tersebut tumbuh subur di Kabupaten Jayawijaya,” ujar Novita.

Produk ini bisa tahan selama sebulan di suhu ruangan, namun apabila kemasan telah dibuka maka usianya sekitar seminggu di suhu kulkas.

“Saat ini kami sedang berkoordinasi dengan BPOM untuk meminta arahan bagaimana caranya produk ini bisa bertahan lama. Karena hal ini membatasi kami untuk memproduksi secara massal, khawatir produk belum laku terjual namun sudah kadaluarsa, sehingga sistem penjualan kami pun masih pre-order,” jelas Novita.

“Di Wamena kami menjual dari mulut ke mulut karena di sini internet terbatas, bahkan kami berupaya agar produk ini menjadi langganan hotel-hotel di Wamena sebagai pelengkap menu sarapan,” ucapnya.

Novita mengungkapkan tetap berusaha memenuhi permintaan via online, sejauh ini sudah ada pemesanan hingga ke Jayapura, Merauke dan Timika. Bahkan sudah ada order juga dari Jakarta, namun kami belum berani karena masalah daya tahan produk,” lanjut Novita.

Menurutnya, pemesanan produk via online bisa dilakukan di akun Instagram Pemuda Holima, yakni @kuliner_holima.

Inovasi terus dilakukan oleh Pemuda Holima, tidak hanya berhenti di produk selai, saat ini mereka juga sedang menguji teh yang berasal dari kulit buah merah. “Sampel produk ini sudah kami kirimkan ke Solo untuk diuji, kami berharap produk ini bisa menjadi produk baru yang bisa kami jual ke depannya,” ujar Novita.

Pengembangan kelompok Pemuda Holima tidak terlepas dari andil PLN Unit Induk Pembangunan (UIP) Papua melalui program “PLN Peduli”.

“Kami sangat apresiatif terhadap para pemuda yang tergerak untuk mengembangkan potensi daerahnya. Sebagai perusahaan yang mengutamakan pembangunan berkelanjutan, kami juga mengupayakan masyarakat untuk dapat berkembang secara jangka panjang,” ungkap Reisal Rimtahi Hasoloan, General Manager PLN UIP Papua, Rabu (23/12/2020). (Redaksi)