Pasific Pos.com
Ekonomi & BisnisHeadline

Pj Gubernur Dorong Pengembangan Kopi Papua Lebih Lanjut

Pj Gubernur Papua Agus Fatoni mengunjung peserta Feskop ke-8.

Jayapura – Festival Kopi (Feskop) Papua yang digagas Bank Indonesia kembali digelar. Feskop kali ini memasuki tahun kedelapan pelaksanaan. Feskop ke-8 digelar 20 hingga 22 September 2025 dengan target penjualan sebesar Rp1,2 miliar.

Target ini meningkat dibandingkan pelaksanaan tahun sebelumnya. Bank Indonesia juga menargetkan 33.000 pengunjung, dengan volume transaksi QRIS sebanyak 12.000 dan total nominal transaksi QRIS mencapai Rp800 juta.

Acara ini juga menargetkan kerjasama bisnis yang menguntungkan dengan tiga negara besar, yaitu Tiongkok, Amerika Serikat, dan Arab Saudi. Dengan pengembangan yang terus didorong, diharapkan kopi Papua dapat semakin mendunia dan memberikan dampak positif bagi perekonomian Papua secara keseluruhan.

Target penjualan dan transaksi tersebut menunjukkan potensi besar yang dimiliki Feskop dalam mendorong perekonomian daerah. Tahun ini, Feskop melibatkan berbagai UMKM binaan perbankan dalam kategori kopi, makanan dan minuman, fashion, serta craft.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua, Faturachman, menekankan bahwa untuk menembus pasar global, diperlukan strategi pengembangan yang menyeluruh (end-to-end).

“Ini mencakup peningkatan produktivitas dan kualitas kopi melalui riset, penerapan Good Agriculture Practice (GAP), penguatan SDM yang kompeten, serta market intelligence yang kuat,” kata Faturachman.

“Dukungan pembiayaan yang memadai juga menjadi faktor penting untuk mendukung pengembangan sektor kopi Papua,” ucapnya menambahkan.

Feskop Papua ke-8 dihadiri Penjabat (Pj) Gubernur Papua, Agus Fatoni. Pada kesempatan tersebut, Fatoni mengajak semua pihak untuk bersama mengembangkan kopi Papua, yang semakin dikenal tidak hanya di pasar nasional tetapi juga internasional.

Fatoni mengungkapkan kebanggaannya terhadap kopi Papua yang kini diminati pasar global, dengan rata-rata konsumsi 18.000 gelas per hari di Papua.

“Kopi Papua terkenal karena ditanam di dataran tinggi dan tanpa bahan kimia, yang menjadikannya berbeda dan banyak peminatnya,” ujarnya.

Namun, dia juga menyadari tantangan besar yang dihadapi dalam pengembangan kopi Papua, yakni bagaimana meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat, baik di pasar lokal maupun global.(Zulkifli)