Jayapura,- Pengalungan noken kepada Tommy Mandala Suharto oleh masyarakat di tiga Kampung, masing-masing Kampung Yoboi, Kampung Siporo dan Kampung Babrongko hanya noken biasa yang berisikan pinang, bukan noken yang digunakan untuk pada pesta adat atau pelantikan Ondofolo. Demikian ungkap Ketua Dewan Adat Sentani (DAS), Demas Tokoro, SH di ruang kerjanya, Selasa (8/1) kemarin.
Lebih lanjut, Demas Tokoro yang juga Ketua Dewan Adat MRP ini mengatakan, saya ingin mengklarifikasi berita tentang pengangkatan anak terhadap Tomi Mandala Suharto bagi masyarakat tiga Kampung pada Selasa lalu di Sentani hanya sebatas sahabat/kerabat sesuai amanat adat. Kata Ketua DAS Sentani, sesungguhnya pada acara hari itu pak Tommy Soeharto melakukan penanaman sagu secara simbolis pada lahan yang sudah disiapkan masyarakat di Dusun Janggaria kemudian berkumpul di Balai Kampung.
Selanjutnya dalam acara singkat tersebut masyarakat memberikan kesempatan kepada Tommy Soeharto untuk menyampaikan sambutan kepada semua orang yang hadir ketika itu. Dan saya juga diberikan kesempatan untuk menyampaikan sambutan. Memang saya sendiri tidak diundang, saya datang kesana secara kebetulan bersama dengan masyarakat dan ternyata disana ada acara yang diadakan oleh masyarakat tiga Kampung dan Partai Berkarya.
baca, Tommy Soeharto Tidak Pernah Meminta Gelar Anak Adat
Sambutan yang disampaikan beliau bahwa, Ia menjadi bagian dari masyarakat Sentani dan lebih khusus bagi masyarakat tiga Kampung tersebut. Menurut Tommy Soeharto ia akan membantu penanaman sagu pada areal yang luas. Tidak hanya itu, Ia juga akan memberikan bantuan ternak baik babi, sapi, kambing, domba maupun ayam bagi masyarakat yang mau berternak untuk perkembangan tingkat kehidupan ekonomi mereka.
“Jadi saya anggap ini suatu hal yang sangat bagus untuk masyarakat, sehingga saya setelah diberikan kesempatan untuk menyampaikan sambutan, saya katakan bahwa, hal seperti ini baru terjadi di Papua. Partai Berkarya ini memiliki niat yang bagus untuk membantu masyarakat dan kenyataannya, selain telah melakukan penanaman sagu juga ada penyerahan bibit ternak 20 ekor hewan kepada masyarakat. Dengan demikian, saya memberikan respon kepada beliau atas perhatiannya kepada masyarakat dan respon saya ini atas nama Ondofolo perwakilan dari tiga Kampung, kami terima dari apa yang sudah Tommy Soeharto sampaikan untuk memberikan bantuan-batuan kepada masyarakat, kami sampaikan terima kasih. Kemudian setelah kami memberikan respond dan ucapan terima kasih kepada beliau, sudah tersedia noken yang berisi pinang”, jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan Demas Tokoro, di Sentani ada noken yang berisi pinang dan rokok, ada noken yang berisi manik-manik dan ada noken yang disiapkan untuk khusus pada saat pelantikan Ondofolo dan noken itu dihiasi dengan manik-manik berwarna kuning, hijau, biru dan gelang. Ini noken khusus untuk Ondofolo pada saat pelantikan. Tapi kemarin noken yang dikalungkan kepada Tommy Soeharto itu noken biasa yang isinya pinang.
“Artinya pengalongan noken itu hanya sebagai tanda persahabatan atau kekerabatan, bukan menyatakan hak sepenuhnya kepada beliau untuk menjabat salah satu jabatan. Pengalungan noken yang berisikan pinang itu bukan untuk mendapatkan status di masyarakat, tetapi dia diterima sebagai bagian dari masyarakat di tiga Kampung tersebut, suku Sentani juga tidak menancapkan Cenderawasih kepada sembarang orang, penancapan Cenderawasih itu khusus kepada Ondofolo, tidak bisa kepada orang lain. Jadi kalau ada masyarakat yang dari luar datang minta ditancapkan Cenderawasih dan itu dilakukan, maka kami berikan sanksi kepada yang bersangkutan”, jelasnya.
Lebih lanjut diterangkannya, Ondo di Sentani memiliki amanat. Amanat Helei Norei, yaitu amanat untuk melindungi, memelihara dan mengatur yang baik dari berbagai hal atau persoalan. Jadi kalau ada persoalan yang terjadi kepada siapa saja di sekitar Kampung, maka Ondo hadir untuk melindungi dan mengamankan.
“Jadi dari sisi Holei Norei, siapa saja yang meminta untuk menjadi bagian dari sebuah komunitas, kami terima, sambut sebagai kerabat. “Ini hal-hal yang perlu dipahami oleh kita semua. Selama ini penilaian saya, ada yang mengaku orang Sentani tapi tidak tahu lakukan adat-istiadat atau tradisi orang Sentani, jauh dari perilakunya. Sikap maupun perilakunya jauh dari kehidupan orang Sentani. Bisa bicara, maka harus tahu dan lakukan norma-norma adat suku Sentani itu. Tapi kalau tidak bisa lakukan itu, jangan asal bicara,” tandas Ketua DAS. (Hendry Holago)