Pasific Pos.com
Pendidikan & Kesehatan

Penanganan Covid-19, Dinkes Mimika Butuh Anggaran Rp 40 Miliar Lebih

Dinkes Mimika Butuh Anggaran
Plt Kadinkes, Reynold R Ubra didampingi Direktur RSUD, drg Antonius Pasulu saat mengikuti RDP dengan Komisi C DPRD

Timika, Guna menangani pandemik covid-19 di Kabupaten Mimika, Dinas Kesehatan (Dinkes) setidaknya masih membutuhkan tambahan anggaran antara Rp 35-40 milyar yang bersumber dari APBD.

Dinkes sendiri sudah diberikan anggaran untuk penanganan covid-19 dari APBD tahun anggaran 2020 sebesar Rp 38 milyar. Terkait dengan budget Rp 38 Milyar tersebut, Plt Kadinkes Reynold Rizal Ubra dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi C DPRD, Selasa (16/6) mengatakan sebanyak Rp 28 M habis untuk keperluan rapid test dan belanja bahan medis habis pakai.

Melihat situasi pandemik covid-19 yang belum bisa dipastikan akan berakhir hingga akhir tahun, maka anggaran untuk penangananya pun harus ditambah. Setidaknya, Dinkes membutuhkan anggaran tambahan antara Rp 35-40 milyar lagi.

“Esensi kesehatan Rp 35-40 milyar lagi dari APBD, ini untuk tambahan untuk penanganan covid-19. Dukungan pemerintah dan legilastif sangat diharapkan,” ujar Reynold.

Reynold mengatakan Dinas Kesehatan ada untuk kabupaten ini. Sehingga, pada penanganan covid-19 ini paling banyak anggaran yang akan digunakan nantinya habis untuk pengadaan bahan medis habis pakai berupa Alat Pelindung Diri (APD) bagi petugas medis.

“Kebutuhan kami bahan medis habis pakai. Setelah recofusing, dana Otsus tidak diketahui. Bisa dari DAK, karena anggaran paling besar digunakan untuk pengadaan bahan medis habis pakai,” jelas Reynold.

Sementara itu, Direktur RSUD, drg Antonius Pasulu mengatakan pihaknya melakukan penanganan covid-19 sejak 25 Maret lalu. Di mana data per 16 Juni positif yang dirawat 151 pasien covid-19, yang dirawat 22 orang di shelter 41. Isolasi mandiri 31. Pasien sembuh sebanyak 45 persen total kesembuhan.

“Kami masih bertahan di angka 2 yang meninggal atau 1 persen dari tanggal 4 April yang meninggal pertama,” ujarnya.

Dijelaskanya, japasitas pelayanan ada 41 tempat tidur, 34 tempat tidur untuk ruang isolasi, 4 tempat tidur untuk ICU 2, 2 tempat tidur untuk ruang bersalin dan 1 tempat tidur untuk cuci darah. Satu tempat tidur untuk pasien cuci darah sudah digunakan dan untuk bersalin.

“Kami sudah bisa melakukan pemeriksaan mandiri. Pemeriksaan gen espert kita sudah gunakan, hanya pakai ketriks satu hari kita gunakan 40 sampel pemeriksaan. Minta bantuan provinsi agar bisa berjalan dengan real time pcr, bisa 100 sampe 200 sampel per hari. Keterbatasan SDM, 1 hari kami maksimalkan 100 sampel per hari. Kita perhitungkan kesinambungan alat. Mitigasi pelayanan kami, sejak adanya perubahan status ke transmisi lokal, tetap kita gunakan SOP yang berlaku. Screening kita lebih ketat, karena kami betul-betul menghindarkan petugas kami terpapar covid-19. Saya tidak mau ini terjadi, maka pasien harus betul-betul discreening sampai dinyatakan yang bersangkutan bebas covid-19,” papar drg Antonius.

Jika memang keadaan buruk lanjutnya, sampai melayani pasien covid-19, maka kami akan mengurangi pasien di luar covid-19. RSUD selalu berkoordinasi dengan Dinkes. Untuk penanganan pasien covid-19 adalah PDP sedang sampai berat dengan keluhan batuk berat sampai sesak. Kita diuntungkan dengan shelter 120 tempat tidur di MSC. Ada isolasi mandiri juga, Dinkes selalu memantau, apabila ada keluhan langsung dirujuk ke rumah sakit. Untuk menunjang pasien covisd-19, kami sudah diinstruksikan untuk menyiapkan semuanya sampai Alkes. Rp 96.100.000.000

Ditamahkanya, untuk belanja prasarana Rp 35 milyar dengan kemajuan pekerjaan di angka 84 persen. Pembangunan ruang isolaso tekanan negatif. RSUD telah menambah 20 tempat tidur atau 10 kamar. Standart ruangan pasien covid-19. Dilengkapi dengan hepa filter.

Untuk belanja bahan habis pakai Rp 19 milyar, medis dan penunjang medis. Masih cukup sampai Desember.

“Kami harap pandemik ini berakhir hingga perkiraan kami untuk stok APD ini cukup. Penggunaan APD sama seharinya sekitar 40-50 item, baju hazmat. Semua pakai, sampasampai di ruang laboratorium,” kata drg Antonius..

Sementara untuk belanja obat Rp 1,8 milyar. Sampai pekan lalu belum ada obat yang efektif untuk menyembuhkan penyakit ini. Bisa sembuh yang betul-betul menyembuhkan penyakit ini. Masih ada 5 pasien yang di test reaktif, negatif. Untuk PCR sekali running 96 sampel. 1.kit reagen untuk 1 sampel, harganya ada di Rp 70 juta. Berarti habiskan dana Rp 70 juta sehari. Hazmat Rp 500-1 juta. Rp 287 per box masker, isi 20 saat ini harga per box Rp 4 juta.

Ditambahkan drg Antonius, covid-19 bisa sembuh. Artinya, ini adalah Self limiteng disiases, penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya. Usia yang rentan adalah 50 tahun ke atas, imunitas, penyakit penyerta (gula, paru-paru, hiv).

Menanggapi hal tersebut Anggota dewan, Martinus Walilo berharap pelayanan di RSUD maupun faskes yang menangani pasien covid-19 bisa ditingkatkan. “Virus bisa turun juga atas kerja sama kita semua,” ujarnya.

Senada dengan hal itu, Leonardus Kocu mengatakan anggaran penanganan covid-19 harus disesuaikan dengan kebijakan pusat. “Kita dewan memastikan. Jangan sampai ada negatif thingking tentang penyakit ini. Nantinya setelah pertemuan ini kami akan teruskan kepada masyarakat,” ujar Kocu.

Sementara itu, Saleh Al Hamid mengatalan apakah nanti penambahan anggaran untuk penanganan covid-19 ini bisa direkomendasikan dari Komisi C. “Saya nilai kalian tidak berhasil menangani covid-19. Timika masih zona merah,” tegasnya.

Saleh menyarankan agar pemeriksaan 1 tempat di pelabuhan dan bandar udara agar masyarakat tidak ke sana kemari untuk pemeriksaan.

“Mudah-mudahan tim covid-19 bisa berhasil menurunkan penyakit ini. Kami akan cek anggaran yang telah digunakan untuk penanganan covid-19 ini,” ungkap Saleh.

Ketua Komisi C, Elminus B Mom mengatakan dengan adanya anggaran yang besar, penanganan pasien covid-19 bisa lebih maksimal. Penambahan anggaran untuk Dinkes memang diperlukan dibandingkan ke OPD lain.

“Dinas Kesehatan ini adalah yang menangani penyakit ini, maka anggaran untuk mereka memang harus ditambah, bukan ke dinas lain yang tidak berhubungan dengan penyakit ini,” imbuh Elminus. (Ricky)

Artikel Terkait

Antusias Masyarakat Papua Ikut Vaksinasi Covid-19 Masih Tinggi

Bams

Kasus COVID-19 Mulai Naik Lagi, Papua Kembali Terapkan Pembelajaran Daring?

Bams

Tren Kasus Covid-19 Papua Menurun, Belum Ditemukan Kasus Omicron

Bams

Kadin Serahkan Satu Set Generator Oksigen ke RSUD Wamena

Bams

Satgas Covid-19 Perketat Pintu Masuk ke Papua

Bams

Pemprov Papua Tunggu Keputusan Pemerintah Pusat Soal PPKM Mikro

Bams

Panglima TNI Berikan Bantuan Tabung Oksigen dan Ribuan Alkes Pada Masyarakat Papua

Jems

Pekan Vaksinasi Covid-19 Menuju PON XX Papua

Bams

RSUD Jayapura Produksi Oksigen Medis

Bams