Pasific Pos.com
Ekonomi & Bisnis

Para Pakar dan Pelaku Reksa Dana Ternama Berbagi Tips Cerdas Atur Duit di Masa Pandemi

Rangkaian FestiFund 2021 disemarakkan para pakar dan pelaku reksa dana ternama

Jakarta – Pandemi Covid-19 menyebabkan kelesuan bisnis, sehingga tak jarang membuat para pemilik bisnis pun ikut turun langsung memegang kendali bisnisnya agar tetap bisa bertahan, seperti yang dilakukan pebisnis sekaligus dokter yang akhir-akhir ini getol bersuara tentang Covid-19 yakni dr. Tirta Mandira Hudhi.

Dokter Tirta ini mengaku getol menyuarakan pentingnya prokes di tengah pandemi Covid-19 karena ingin pandemi segera berakhir sehingga bisnisnya kembali jalan.

“Tiap 2 minggu saya membuat 1 toko. Seharusnya pada 2020 sudah 100 toko. Karena pandemi, 40 event saya batal, toko kepending dan cenderung tutup sebanyak 6 toko. Toko saya stag di angka 70, padahal seharusnya 100. Total kerugiannya 6,4 M,” kata Dokter Tirta dalam acara FestiFund 2021, Minggu (5/9/2021).

Diketahui, FestiFund 2021 yang diselenggarakan oleh Indo Premier Sekuritas melalui IPOTFund merupakan kegiatan edukasi pasar modal tahunan berkonsep online festival yang bertujuan mengenalkan produk reksa dana sebagai alternatif investasi bagi investor baru yang mencari produk investasi mudah, aman, efisien, dan cocok untuk semua profil risiko dan tujuan investasi.

FestiFund 2021 bertujuan meningkatkan literasi dan inklusi masyarakat melalui produk investasi reksa dana yang dapat dijadikan alternatif investasi maupun diversifikasi portofolio hingga pada akhirnya #SemuaBisaInvestasi.

Rangkaian FestiFund 2021 disemarakkan para pakar dan pelaku reksa dana ternama dan keseluruhan acara disusun secara komprehensif mulai dari perencanaan keuangan, pengenalan investasi yang disarankan bagi pemula hingga strategi investasi yang sesuai dengan preferensi masing-masing investor.

Sebelumnya, rangkaian Road To FestiFund 2021 telah dimeriahkan dengan edukasi reksa dana, kompetisi pembuatan konten reksa dana hingga bagi-bagi burger ke seluruh Indonesia.

Dokter Tirta pun mengakui bahwa saat ini semuanya dalam ketidakpastian. Dalam ketidakpastian ini, semua memiliki masalah masing-masing. Ia lantas berpesan agar kalangan milenial tidak menganggap masalahnya yang paling berat.

“Di luar sana ada masalah yang berat. Harusnya Anda memanajemen keuangan dengan baik. Batasi pengeluaran yang nggak perlu dan fokuskan pada sesuatu yang bermanfaat untuk masa depan. Future life itu nggak ada yang tahu. Jangan mewarisi anak utang. Kita seharusnya mewarisi aset pada anak-anak kita. Utang-piutang itu bermanfaat, kalau itu untuk bisnis,” ucapnya.

“Terus buat yang lagi belajar investasi, jangan buru-buru terlihat kaya-raya dan pamer-pamer investasi di media sosial. Norax. Pamerlah kalau kalian sudah 10 tahun bergerak di bidang ini. Menurut saya, kalian perlu menonton film-film investasi. Mereka itu nggak terburu-buru terlihat kaya,” sambungnya.

Sementara itu, CEO & Lead Financial Trainer QM Financial, Ligwina Hananto juga mengakui kalau pandemi Covid-19 mengganggu bisnis yang dirintisnya, sehingga dengan terpaksa ia membuat keputusan besar untuk bisnisnya, yakni menutup kantor fisik.

“Ada satu keputusan besar yang harus aku lakukan pada April 2020, yaitu menutup kantor fisik dan konversi online 100 persen. Kantor ditutup demi cash flow yang sehat, nggak perlu bayar ruko dan semua alat dijual. Habis itu justru bisa mempertahankan semua karyawan dan tidak ada satu pun yang dipecat. Habis itu Lebaran, semua tetap terbayar THR-nya,” ucap Ligwina.

Terkait ketidakpastian di tengah pandemi Covid-19, Ligwina mengingatkan prinsip pengelolaan keuangan bisnis di tengah pandemi, yaitu untuk tetap memisahkan keuangan bisnis dari keuangan keluarga atau pribadi, mencatat pengeluaran lebih detail hingga menghindari punya utang baru.

Selanjutnya jika ingin berinvestasi di tengah ketidakpastian karena pandemi Covid-19, CMO dan Co-Founder Ternak Uang Felicia Putri Tjiasaka meminta milenial untuk memilih jenis investasi yang paling dimengerti, bukan yang sesuai dengan tujuan finansial terlebih dahulu.

“Investasi yang paling baik, kalau harus disebut mana yang baik, ya yang kita ngerti. Selanjutnya, yang kita ngerti itu beda-beda karena investasi itu sesuatu yang sangat luas.
Namun pada umumnya, terang Felicia, investasi ke produk keuangan bukan lagi prioritas, melainkan sebuah keharusan. Ia beralasan investasi produk keuangan itu membuat uang bekerja untuk kita.

Pun bagi masyarakat yang memegang teguh prinsip syariah dalam investasinya, ada banyak alternatif investasi yang saat ini sudah berbasis syariah. Dewan Pengawas Syariah, AH Azharuddin Lathif dan Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makroekonomi PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat menegaskan reksa dana syariah telah disesuaikan dengan ketentuan dan prinsip syariah Islam.

Dalam reksa dana syariah ada pembersihan (cleansing) dari unsur non-halal sehingga investor bisa menikmati rinvestasinya dengan nyaman. Namun guna menarik minat investor pemula, pesan Budi, kuncinya adalah edukasi yang komprehensif sehingga milenial tak sekadar ikut-ikutan, tetapi cerdas secara mandiri dalam berinvestasi. (Red)