Pasific Pos.com
Ekonomi & BisnisKabupaten Jayapura

Pamerkan Budaya dari Lima Wilayah Adat Melalui Stand UPTD Noken Papua

Nampak hasil karya mama-mama Papua, perwakilan dari lima wilayah adat berupa noken dan ukiran kayu yang di Pamerkan di Stand UPTD Noken Papua, Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura.

SENTANI – Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Noken Papua menyediakan stand bagi mama-mama Papua guna memamerkan noken dari lima wilayah adat yang ada di Provinsi Papua. Stand itu dibangun di depan Venue Papua Bangkit, Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura.

Kepala UPTD Noken Papua, Erik Ohee mengatakan tujuan dari stand pameran noken tersebut untuk mendukung pelaksanaan PON XX Papua tapi juga untuk memperlihatkan budaya khususnya karya noken dari lima wilayah adat kepada masyarakat luas yang berasal dari luar Papua.

“Sehingga masyarakat luas dari semua provinsi di indonesia bisa mengetahui dan mempelajari, bahwa ternyata masing-masing wilayah kita di Papua, punya khas tersendiri dalam membuat noken serta memanfaatkan noken sebagai alat kehidupan,”kata Erik saat ditemui di stand noken Papua, Sabtu (9/10) pagi.

Menurut Erik selain olahraga, kebudayaan dan pariwisata perlu di promosikan kepada tamu-tamu yang datang dari semua provinsi yang ada di Indonesia.

“Sehingga dikesempatan pelaksanaan PON, kita coba promosikan budaya kita yang unik (berbeda) dari budaya lain di Indonesia. Kami ras melanesia masuk dan menjadi bagian dari negara Indonesia dan itu menjadi warna yang unik bagi bangsa ini,”akunya.

Erik secara rinci menjelaskan tentang noken. Yang mana noken sendiri, ada didalam tujuh wilayah adat. Dua wilayah adat berada di Papua Barat dan lima wilayah adat berada di Provinsi Papua. Dimana masing-masing wilayah adat ini, kata Erik, kesehariannya tak pernah lepas dari penggunaan noken sebagai alat kehidupan. Bagi dia dan masyarakat Papua pada umumnya noken adalah ibu

“Kami semua masyarakat Papua menganggap noken sebagai ibu. Kenapa kami menganggap noken sebagai ibu?, karena saat kita pegang noken itu sangat kecil tapi setelah kita isi barang maupun makanan, noken itu akan melar seperti kandungan ibu yang bertahap prosesnya dari satu bulan, hingga Sembilan bulan,” jelas Erik.

“Jadi begitu, saya dan mereka begitu mencintai noken sehingga noken itu menyatu dengan kehidupan kita sehari-hari,”sambung Erik.

Erik mengungkapkan selain untuk mendukung PON dan pameran budaya noken, Stand tersebut juga memberikan dampak eknomi bagi mereka (mama) papua.

“Karena selain noken, ada bermacam-macam ukiran yang mereka pamerkan disini dan dari karya itu, mereka bisa mendapatkan uang tambahan untuk membeli makan minum mereka. Sampai saat ini, stand kami sudah dikunjungi oleh dua ribu orang,”paparnya.

“Oleh karena itu, kami juga berterima kasih kepada pemerintah karena melalui ivent PON XX Papua,  souvenir serta karya kreatif mama-mama Papua sudah mulai dibeli,”ucap Erik melanjutkan.

Dengan harapan noken ini kedepannya juga dapat diprioritaskan di supermarket atau mall sebagai tas yang dipakai untuk mengangkat barang-barang belanjaan sehingga mengurangi sampah pelastik.

“Dengan pengurangan sampah pelastik ini otomatis kita sudah menjaga dan melestarikan lingkungan kita,”tandas Erik Ohee.

Artikel Terkait

Ujian Disertasi soal Sistem Noken, Soponyono Raih Gelar Doktor

Bams

PON Papua, Noken, dan Rajutan Cinta Untuk Anak Yatim

Bams

Yuk, Intip Keseruan Pelatihan Pembuatan Noken Rajut

Arafura News