MERAUKE,ARAFURA,-Sukmawati namanya, sehari-hari ia mengenakan hijab dan ia adalah seorang Srikandi SAR yang penuh dengan semangat meskipun harus melaksanakan tugas di tengah kerasnya medan dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sebagai seorang rescuer di Kantor Pencarian dan Pertolongan Kabupaten Merauke sejak masuk tahun 2010 silam, Sukmawati mengakui bahwa jiwanya benar-benar sudah sangat melekat dengan SAR. Diakui banyak tantangan yang harus dihadapi antara lain harus berani dan memiliki mental yang kuat.
“Karena jika kita tidak memiliki mental kuat maka akan menghambat ketika hendak menolong orang lain. Bagaimana bisa menolong kalau kita sendiri merasa takut. Misalnya saat terjadi musibah kebakaran kapal belum lama ini, kita tetap turun mengevakuasi korban meskipun rasa takut kerap timbul namun karena jiwa sudah terpanggil untuk menolong orang maka rasa itu dapat dihilangkan,”ujarnya kepada ARAFURA News di ruang kerja Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Kabupaten Merauke kemarin.
Wanita yang akrab disapa Sukma ini menjelaskan, awal dirinya turun lapangan dan harus menangani korban ketika dirinya masih berstatus CPNS. Bahkan baru beberapa hari ia bergabung dengan SAR namun harus menangani kasus orang tenggelam. “Itulah pertama kalinya saya memegang mayat tetapi saya tidak merasa takut sama sekali karena yang ada di dalam pikiran saya adalah bagaimana menyelamatkan orang tersebut meskipun dia sudah tidak bernyawa,”terangnya. Wanita berjilbab ini juga sering meninggalkan ketiga buah hatinya yang masih kecil untuk melaksanakan tugas lapangan atau masuk piket. Sebagai seorang ibu, nalurinya begitu berat. Namun sekali lagi, tugas dan tanggung jawab sebagai seorang Srikandi Basarnas juga tidak boleh ditinggalkan. Bagaimanapun ia sudah komit menjalankan tugas sebagai seorang rescuer sekaligus ibu rumah tangga. Ia juga tidak mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan personil SAR lainnya yang dominan kaum pria karena semua sangat terbuka dan sudah menyatu selayaknya keluarga.
Saat ditanyakan tentang tantangan dan kendala terberat yang ia alami, Sukmawati mengakui tidak ada kendala yang signifikan meskipun ia sudah beberapa kali mengalami kendala teknis di lapangan. Bahkan pernah karena speed yang ditumpangi rusak sehingga ia dan rekan lainnya harus terombang ambing cukup lama dari pantai Onggaya sampai Lampu Satu. Selain itu pernah juga dari Okaba ke Merauke memakan waktu lama, sejak jam 4 sore sampai Kumbe jam 1 malam karena terombang ambing dengan ketinggian ombak sekitar 4 meter. “Banyak pengalaman yang tidak bisa saya lupakan selama bergabung dengan SAR. Saya harap para Srikandi Basarnas untuk tetap semangat dan tidak menyerah. Meskipun kita perempuan kita harus bisa dalam mencari, menolong serta menyelamatkan nyawa orang lain,”harapnya.