Manokwari, TP – Pembentukan Ikatan Mahasiswa Buton (IMB) Kabupaten Manokwari, diharapkan bukan untuk mencari popularitas dan memperkaya diri, tetapi harus memiliki tujuan untuk mengangkat harkat dan martabat dari anggotanya.
Selain itu, pengurus IMB harus bisa memberikan nilai tambah kepada anggota. Jika itu berkaitan dengan kemahasiswaan, maka nilai tambah yang perlu diberikan adalah tugas pendidikan.
“Kita menginginkan ke depan ada mahasiswa Buton bisa mewakili mahasiswa Provinsi Papua Barat atau Kabupaten Manokwari di debat bahasa Inggris, misalnya. Ada mahasiswa Buton yang bisa muncul di MTQ tingkat mahasiswa. Artinya, kita harus punya brand, jati diri bahwa kami mahasiswa Buton punya kelebihan-kelebihan yang bisa dijual,” ujar Sekda Kabupaten Manokwari, Aljabar Makatita ketika menyampaikan sambutan Bupati Manokwari, Demas Paulus Mandacan pada pelantikan pengurus Ikatan Mahasiswa Buton (IMB) Kabupaten Manokwari periode 2019-2020 di Valdos Hotel, Manokwari, Sabtu (4/5).
Mahasiswa Buton kata Makatita, harus mempunyai mascot dengan menunjukkan kelebihan-kelebihan. Misalnnya, dalam bidang pengajian dan bahasa Inggris, serta peka dengan lingkungan, bukan berdemo.
“Jika melihat sesuatu yang tidak pas, maka harus disuarakan. Namun, menyuarakan itu harus dengan sopan santun,” ujar Makatita.
Dirinya berharap, kehadiran IMB di Manokwari mempunyai peran aktif baik di lingkungan kampus masing-masing, di luar kampus atau masyarakat serta dapat memberikan kontribusi positif di mana dia berada.
“Lakukan hal-hal positif yang bisa dirasakan, terutama berawal dari pribadi masing-masing,” tegas Makatita.
Dalam kesempatan itu, Makatita mengajak komunitas-komunitas mahasiswa di Kabupaten Manokwari, termasuk IMB ikut peduli pada kebersihan Kota Manokwari.
Makatita mengatakan, komunitas mahasiswa perlu membantu pemerintah daerah guna memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan, yang dimulai dari lingkungan masing-masing.
“Kalau 100 orang mahasiswa yang sudah tergabung dalam IMB tidak membuang sampah di jalan berarti itu sangat luar biasa. Tetapi jangan 100 orang membuang sampah di jalan,” ujarnya.
Makatita berpesan agar para mahasiswa yang hadir ketika sampai di rumah sampaikan kepada keluarga untuk tidak membuang sampah di jalan.
“Jadi sampaikan pesan, pulang ke rumah sampaikan kepada orangtua, kaka dan aadik di rumah, kalau naik motor jangan buang kulit permen di jalan. Simpan di saku, nanti sampai di rumah baru buang di tempat sampah,” katanya.
Menurut Makatita, tidak membuang kulit perman di jalan adalah hal kecil. Namun, jika belajar dari hal kecil itu, akan menjadi kebiasaan yang luar biasa.
“Itu hal kecil, tapi kalau kita belajar dari hal kecil, maka dia akan jadi kebiasaan yang sangat luar biasa. Permen saja kita simpan. Kami juga titipkan kepada komunitas-komunitas yang ada bantu pemerintah untuk memberikan pemahaman kepada kelompok bagaimana menjaga kebersihan kota ini, terutama di lingkungan kita masing-masing,” tukasnya mantan Sekwan DPR Kabupaten Manokwari ini.
Sementara itu, Ketua Kerukunan Keluarga Buton Raya Provinsi Papua Barat, Said Wali menilai, sesama warga Buton belum memiliki kekompakan, bahkan saling menjatuhkan. Kalaupun di dalam sudah kompak, ada yang menghancurkannya.
“Oleh karena itu, tugas para mahasiswa Buton bisa melihat keadaan dan situasi itu. Mari kita bersama-sama untuk maju. Saatnya kita bangun dan bersama-sama dengan suku lain untuk tingkatkan kerja sama dan solidaritas,” serunya.
Kehadiran IMB Kabupaten Manokwari, tambahnya, memberikan semangat kepada Kerukunan Keluarga Sulawesi Tenggara (KKST) dan Kerukunan Keluarga Buton Raya (KKBR) untuk saling berkoordinasi.
“Sebab, kita sama-sama belajar,” tukasnya.
Sekretaris Kerukunan Keluarga Sulawesi Tenggara Kabupaten Manokwari, Djamil berharap IMB Kabupaten Manokwari menjadi kader-kader dan masyarakat penerus generasi. IMB sebagai sesama satu rumpun dengan KKST dan KKBR, harus saling bahu-membahu dan memperkuat ukuwah.
“Jangan sampai beda kampus, beda jurusan kemudian sudah tidak saling menyapa. Kita kuat karena kita bisa bersatu. Dengan organisasi inilah kita berlatih untuk mengatur bagaimana bisa melaksanakan manajemen massa ini. Di sinilah kita berlatih, untuk saling memperhatikan, untuk saling mengangkat, untuk saling mendorong agar kita jangan sampai diremehkan orang. Kita diremehkan orang karena kita tidak bersatu. Lewat wadah inilah kita berlatih bagaimana memperhatikan, bagaimana kita bisa menjadi penggembala,” tegasnya.
Menurutnya, untuk bisa hidup bersama, IMB perlu menjalin hubungan dengan kerukunan pemuda yang lain. IMB perlu juga mengikuti pertemuan dengan kerukunan pemuda lain untuk memperluas pergaulan.
“Kalau sudah matang buat kerja sama dengan pemuda yang lain. Dengan demikian, pemuda kita semakin kokoh karena majunya bangsa ini khususnya Kabupaten Manokwari dilihat dari pemudanya. Kalau pemuda punya nilai kreativitas yang tinggi, punya perhatian terhadap pembangunan di Kota Manokwari, pembangunan akan lebih mudah untuk tercapai,” tukasnya.
Ketua Umum IMB Kabupaten Manokwari, Habib mengatakan, IMB Manokwari bukan sekadar organisasi kemahasiswaan yang hanya panas-panas di awal. IMB berkomitmen untuk terus memberi, mendorong, dan membantu pembangunan daerah dalam segala bidang, terutama pada bidang pendidikan.
“Untuk itu, mari kita kembangkan Kota Manokwari yang penuh dengan SDM berkualitas, dan berdedikasi tinggi,” serunya.
Mahasiswa Buton, katanya, tidak sebanyak mahasiwa dari perkumpulan lain. Namun, jika bersatu dan berpegangan tangan, maka keterbatasan kuantitas bukan menjadi alasan untuk tidak berkembang.
“Memang secara kuantitas kami kalah, tapi secara intelektual dan kualitas kami siap bersaing dengan ikatan organisasi mahasiswa lain di Kabupaten Manokwari,” sebutnya.
Dia menegaskan, IMB berkomitmen memberikan sumbangan ide-ide berkualitas kepada pemerintah daerah. Pihaknya juga berkomitmen untuk menjadi mitra pemerintah.
“Saya mendeklarasikan organisasi ini merupakan organisasi yang bermitra dengan pemerintah. Organisasi ini terlepas dari kepentingan politik dan independen,” tandasnya. [BNB-R4]