Pasific Pos.com
Papua Tengah

Kapal Keruk Ada di Penambangan Emas Nabire ?

NABIRE – Sejumlah media online melansir adanya kapal yang diduga akan digunakan untuk operasional penambangan emas di salah satu lokasi penambangan di wilayah Kabupaten Nabire. Kapal yang dibangun oleh penambang asing di wilayah Siriwo Kilometer 102, ini saat Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Wadah Generasi Anak Bangsa (WGAB) Provinsi Papua, Yeri Basri Mak turun ke lokasi.

“Pembuatan kapal harus memperoleh izin dari instansi terkait. Tempat pembuatan kapal seharusnya di dekat laut atau pelabuhan serta mempunyai izin lisensi pembuatan kapal,” kata Yeri kepada NasionalNews.id, Minggu (26/6).

Lanjutnya, kapal tersebut diduga dibuat oleh PT. Han Jun, salah satu pengusaha tambang yang ada di Kabupaten Nabire. Dirinya menduga belum memiliki izin dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM).

Saat media ini mengkonfirmasi melalu telepon ke perwakilan PT. Han Jun, Iwan, secara singkat berkomentar jika dirinya masih berada di luar Nabire. Terkait dengan persoalan kapal itu, dia berjaji akan memberikan informasi ketika dirinya sudah kembali ke Nabire.

Media ini sempat menanyakan persoalan ini kepada pemerintah Kabupaten Nabire melalui Sekda Nabire, Drs. I Wayan Mintaya. Ditanya apakah sudah ada pemberitahuan terkait soal pembuatan kapal di lokasi pertambangan itu, Sekda Nabire menjawab jika sejauh ini pihaknya belum mendapatkan laporan. Lanjut Sekda Nabire, dirinya akan melaporkan hal ini kepada pimpinan daerah.

Seperti dilansir media online, Yeri Basri Mak meminta penegak hukum yang ada di Nabire tidak melihat sebelah mata terkait kapal ini. Tetapi segera mengambil tindakkan untuk mengecek seluruh dokumen perusahaan.

“Tolong di cek kapal tersebut apakah mempunyai izin, jika tidak memperoleh ijin maka harus segera dibongkar dan tidak boleh ada di bantaran Kali Siriwo serta tidak boleh beroperasi untuk mengambil kekayaan alam di dasar Kali Siriwo,” ucap yeri.

Saat LSM WGAB menyambangi lokasi tambang, WNA asal China melarikan diri ke hutan, diduga tak memiliki dokumen keimigrasian seperti visa kerja atau lainnya.

“Padahal kami hanya ingin menanyakan terkait identitas diri dan surat tetapi mereka dengan cepat menghilang masuk ke dalam hutan,” tutur Yeri.

Dirinya minta kepada kantor Imigrasi Biak segera membentuk tim, sebab dari pantauan LSM WGAB selama dua hari, WNA di Nabire sangat banyak. “Imigrasi harus mengambil tindakan untuk memeriksa mereka kalau tidak memiliki visa maka harus ditangkap dan diproses,” tutupnya. (ist/ros)