JAYAPURA – Kepala Distrik Muara Tami, Supriyanto mengaku sangat mendukung kebijakan Pemerintah Kota Jayapura dalam menuntaskan stunting pada 2020. Data 2013 stunting di Kota Jayapura 34,8 persen dan pada 2018 turun menjadi 22,4 persen.
Stinting adalah kondisi anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan anak lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya. Stunting juga berpengaruh pada pertumbuhan kognitif dan sering sakit kepala.
“Tentunya kami koordinasi dengan semua stake holder terkait. Lewat kegiatan posyandu setiap bulan menjadi salah satu upaya dalam menuntaskan kasus stunting di Kota Jayapura,” kata Supriyanto di Kantor Wali Kota Jayapura, Jumat (15/3/19).
Dalam menuntaskan stunting di Kota Jayapura, lanjut Supriyanto, didukung juga dengan kegiata-kegiatan tambahan, seperti kemitraan dengan satuan tugas (satgas) dan organisasi masyarakat.
“Dengan demikian penuntasan stunting bisa dilakukan bersama. Kalau kerja sendiri-sendiri tentunya tantangan itu akan berat. Kalau kita sinergi dan koordinasi, tentunya stunting dapat diteratasi,” jelasnya.
Diakui Supriyanto, pihaknya menyiapkan Rp50 juta untuk sosialisasi, pembinaan kesehatan, pemberdayaan perempuan dan kegiatan-kegiatan lainnya termaksud dalam pembinaan dalam penuntasan stunting.
Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano menuturkan, bila berbicara soal stunting maka basisnya ada pada keluarga di kampung, sehingga dalam penuntasan stunting perlu memperhatikan gizi anak-anak dan ibu hamil, yang dimulai dari 1000 hari pertama kehidupan.
“Posyandi di kampung harus jalan karena ini program saya lima tahun pertama. Kegiatan PKK harus memberikan dampak yang positif dan harus berhasil seperti lingkungan dan kesehatan masyarakat karena PKK merupakan gerakan pemberdayaan masyarakat,” jelasnya.