NABIRE – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dikebudpar) Kabupaten Nabire mengelola pengembangan pariwisata di daerah ini melalui 4 titik fokus pembangunan. Satu dari empat titik fokus ini, akan dititkberatkan pada sektor kebudayaan lokal masyarakat asli Nabire.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nabire, Natus Gobai di ruang kerjanya, Rabu (19/6) mengatakan pengembangan pariwisata dan budaya di daerah ini akan dikembangkan melalui empat titik fokus. Dinas Kebupar sebagai salah satu instansi yang mengolah sumber pendapatan asli daerah sehingga potensi wisata yang ada di daerah ini akan ditata untuk menambah income daerah.
Natus mengatakan titik fokus pertama yakni sekitar obyek wisata Pantai Gedo dan sekitarnya, dermaga di Taman Gizi, Oyehe sambil merehab Taman Gizi dengan menambah tempat jaualan di arena tempat hiburan dan menyediakan tempat untuk mandi, cuci dan kakus (Mck).
Kepala Dinkebpar menjelaskan, disamping lokasi wisata pantai di sekitar kota, tempat wisata Air Terjun Bihewa merupakan titik fokus kedua dari empat sasaran pengembangan pariwisata di daerah ini. Dalam paket wisata ke Air Terjun Bihewa, pemerintah juga akan mengarahkan wisata ke pulau-pulau di sekitarnya Napan dan Kepulauan Moora.
Sementara itu, kata Natus, obyek wisata yang primadona bagi wisata di Kabupaten Nabire yakni Hiu Paus di Kwatisore, Distrik Yaur dan sekitarnya juga akan dikembangkan oleh pemerintah daerah sebagai salah satu titik fokus pengembangan wisata di daerah ini.
Sedangkan untuk bidang kebudayaan, kata Natus Gobai, Distrik Uwapa akan dijadikan sebagai tempat penampungan alat-alat budaya, lokal Nabire. Dengan harapan, di Uwapa akan menjadi tempat koleksi budaya lokal di daerah ini. “Belum ditentukan akan ditempatkan di mana, tetapi untuk tempat penampungan alat-alat budaya di Distrik Uwapa,” tuturnya.
Menurut Kadinkebpar, Natus Gobai, karena sebagian alat budaya dari pedalaman masih ada, bahasa lokal juga masih dipakai oleh masyarakat setempat. Agar berbeda dengan masyarakat lokal di kawasan pesisir dan kepualauan, bahasa lokal sudah jarang, kuliner asli juga jarang dibanding masyarakat lokal dari kawasan pedalaman. Demikian juga halnya dengan obat-obat tradisional juga jarang diperlihatkan oleh masyarakat lokal di kawasan pesisir dan kepulauan. Perbedaan tersebut terlihat ketika Pesta Budaya Kabupaten Nabire.
Dengan pertimbangan tersebut, kata Natus, tempat penampungan alat-alat budaya akan diarahkan ke Uwapa untuk mengoleksi kebudayaan lokal di daerah ini. (ans)