Jayapura – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua mencatat pada bulan Mei 2019, dua kota yang mewakili kota inflasi di Papua yaitu Kota Jayapura terjadi inflasi sebesar 1,13 persen.
Kondisi tersebut berbeda dengan bulan sebelumnya mengalami deflasi 0,26 persen.
Kepala BPS Provinsi Papua, Simon Sapari mengatakan faktor pemicu terjadinya inflasi adalah kenaikan harga dengan besaran andil masing-masing tiket pesawat atau angkutan udara 0,650 persen.
Selain harga tiket pesawat, harga bawang putih dan bawang merah juga menjadi pemicu inflasi di Papua.
“Harga bawang putih dan bawang merah masing-masing naik 0,2808 persen dan 0,1071 persen,” jelas Simon, di Kantor BPS Provinsi Papua, Selasa (11/6/2019).
Lebih lanjut, perkembangan inflasi tahun berjalan Mei 2019 mencapai 1,36 persen. Pencapaian ini lebih rendah dan terkendali dibandingkan Mei 2018 sebesar 2,78 persen.
Selain itu, inflasi year on year pada Mei 2019 sebesar 5,23 persen dan relatif lebih tinggi dibandingkan Mei 2018 sebesar 4,36 persen.
‘Adapun Merauke inflasi tahun berjalan Mei 2019 mencapai-1,12 persen. Pencapaian ini jauh lebih rendah dibandingkan Mei 2018 sebesar 4,04 persen. Inflasi year on year Mei 2019 sebesar 0,19 persen dan relatif lebih rendah dibandingkan year on year Mei 2018 sebesar 2,78 persen,” ujarnya.
Kendati inflasi diatas 1 persen berdasarkan pantauan bulan ke bulan, namun pihaknya menilai campur tangan pemerintah dibutuhkan agar harga relatif terkendali.
Sementara, di Merauke gejala deflasi yang berbeda dengan pola inflasi kota-kota lainnya, diperlukan kajian lebih lanjut sebagai pilot studi pengendalian inflasi pada momen hari raya.
Dari hasil inflasi year on year khususnya di Kota Jayapura menunjukkan bahwa pemerintah perlu menjaga stabilitas harga kedepan dengan usaba ekstra agar capaian inflasi berada pada kisaran target yang ditentukan sebesar 3,5 plus minus 1 persen.
Berbeda halnya dengan Merauke, capaian inflasi yearon year, kata Simon, selama 2 tahun terakhir relatif terkendali.
Secara umum, mengingat besaran andil penyumbang inflasi maupun deflasi di kedua kota tersebut didominasi oleh kelompok bahan makanan, maka pemerintah perlu mewaspadai terhadap penurunan produksi ikan (hasil budidaya maupun tangkap), keterlambatan stok di pasar, serta hambatan produksi distribusi barang lainnya. (Zulkifli)