Jayapura, Secara nasional peringatan hari lingkungan hidup menggunakan tema Biru Langitku, Hijau bumiku. Mengapa kita gunakan tema tersebut? Karena ternyata tema biru Langitku, Hijau bumiku, yang menggambarkan upaya kita untuk mengendalikan udara sangat berkaitan untuk menata bumi kita menjadi lebih hijau. Demikian sambutan tertulis Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia yang dibacakan oleh Walikota Jayapura DR. Benhur Tomi ManoMM, pada apel Selasa (18/6).
Lebih lanjut dikatakannya, peringatan hari lingkungan hidup sedunia tahun ini ditandai peringatan dari World Health Organization (WHO) tentang salah satu ancaman terbesar terhadap kesehatan manusia yaitu Polusi udara.
WHO menyatakan setiap tahun 7 juta orang meninggal dunia karena polusi udara, diseluruh dunia tercatat 9 dari 10 orang terpapar pencemaran udara yang berasal dari kendaraan bermotor, industri, dan pembakaran sampah, sehingga tidak heran jika United Nation Envroment (UNE) mengangkat tema kendalikan Polusi udara untuk memperingati hari lingkungan hidup sedunia pada tahun 2019 ini.
Dikatakannya, untuk mengurangi polusi udara dari kendaraan bermotor, maka upaya-upaya untuk membuat kota menjadi lebih hijau dengan memperbanyak taman kota, membangun trotoar untuk pejalan kaki, membangun jalur sepeda seperti kota Surabaya, Bandung dan lain-lainnya, maka upaya itu mampu mengurangi polusi dari kendaraan bermotor.
“Selain upaya upaya yang sudah ada itu, pemerintah juga melakukan pengendalian polusi udara, antara lain dengan penerapan penggunaan bahan bakar bersih dengan bahan bakar setara standar Euro, penggunaan bahan bakar yang lebih bersih ini berpotensi menurunkan tingkat emisi Co sebesar 55% atau 280.721,8 Ton / tahun, pengurangan sulvur dioksida dan sekaligus memberikan keuntungan ekonomi sebesar 1.970 trilyun dari pengurangan biaya kesehatan,” ujarnya.
Sementara itu pengurangan biaya produksi kendaraan bermotor dengan standar kendaraan untuk pemakaian dalam negeri dan untuk ekspor, serta pengurangan subsidi bahan bakar selama 25 tahun penerapannya.
Penggunaan kebijakan bahan bakar biodiesel 20% atau dikenal sebagai 820 untuk kendaraan yang kemudian diperluas untuk kendaraan non public service obligation (PSO), selain memberikan kontribusi dalam mengurangi emisi karbondioksida (CO2) hingga 6 sampai 9 juta ton per tahun dibanding memperbaiki proses pembakaran kendaraan bermotor.
“Selain itu kita juga mengalami polusi akibat kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan kerugian sangat besar pada tahun 2015, telah berhasil diatasi dengan berbagai kebijakan dan implementasi berbagai upaya, termaksud langkah patroli terpadu tapak oleh manggala Agni,” ujarnya
Selanjutnya dihimbau kepada masyarakat di sekitar lokasi rawan Karhutla dan juga melakukan koordinasi dengan dinas terkait di daerah, anggota TNI, Polri, dan tokoh masyarakat formal/informal seperti Masyarakat Peduli Api (MPA).
Begitupun pemecahan masalah kebakaran hutan dan lahan yang menyentuh pada akar permasalahan dilakukan dengan penataan pengelolaan ekosistem gambut. Penetapan ekosistem gambut seluas 24,14 juta hektar yang terdapat didalamnya sejumlah 865 unit kesatuan hidrologis gambut, telah berhasil dijadikan landasan untuk perbaikan pengelolaan ekosistem gambut, pemulihan kerusakan ekosistem gambut diareal usaha (konsesi) telah dilakukan seluas 3,111 juta Hektar melalui program kemandirian masyarakat mencapai 8.382 Hektar pada tahun 2018.
Hasil2 tersebut dapat diukur dengan penurunan hotspot (yang merupakan indikasi kebakaran laha dan hutan) sebesar 82% dari hotspot tahun 2015 sejumlah 21.929 titik turun menjadi 3915 titik tahun 2018 (berdasarkan pantauan satelit NOA)
Apel Lingkungan Hidup ini dilaksanakan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kampung Koya Koso Distrik Abepura. Tampak hadir , Kapolres Jayapura Kota AKBP Gustav R. Urbinas, SH, SIK , Dansatrol X Letkol Laut (P) Dian Trihutanto, Ketua Komisi B DPRD Kota Jayapura Yuli Rahman, Para Kepala SKPD Pemerintah Daerah Kota Jayapura, Ketua Klasis Muara Tami Pdt. Moses Pulalo, M.Th.