Pasific Pos.com
Papua Barat

Banjir di Kota Sorong Resahkan Warga, Dewan Minta Pemkot Cari Solusi

Manokwari, TP – Banjir yang terjadi di Kota Sorong beberapa hari lalu meresahkan warga dan menjadi perhatian anggota DPR Papua Barat, Abraham Goram Gaman.

Dikatakan Goram Goman, banjir yang terjadi di Kota Sorong, benar-benar sudah meresahkan masyarakat, karena masyarakat yang langsung merasakan dampakanya.

Menurutnya, banjir yang terjadi karena sebagian besar luapan air dari drainase dan kali, merupakan akibat dari penataan ruang kota yang kurang tepat. Sehingga,  harus menjadi perhatian Pemkot Sorong dan semua pihak lebih khusus terhadap ruang wilayah dalam tata pembangunan.

Goram Gaman mengungkapkan, sejak tahun 2012, dirinya sudah menyuarakan kepada Pemkot Sorong, untuk mempehatikan tata ruang kota dalam penataan pembangunan.

“Pada waktu itu kita melihat dari sisi ecology, Kota Sorong yang cuma berada tiga meter dari permukaan laut sangat riskan dengan bencana banjir. Selain itu, adengan berbagai aliran sungai yang mengarah ke kota, Kota Sorong kedepan akan mengalami banjir seperti kota-kota besar di Jakarta,” kata Goram Gaman kepada para wartawan di Kantor DPR Papua Barat, belum lama ini.

Dulu ungkap Goram Gaman, dirinya sudah mengusulkan di Jl. Basuki Rahmat yang saat ini menjadi pusat terdampak banjir, untuk dibangun kanal atau semacam danau buatan dengan pertimbangan karena daerah tersebut merupakan daerah gambut dan kondisinya rendah.

Lanjut Goram Gaman, tujuan diusulkan agar dibangun kanal atau danau buatan di Jl. Basuki Rahmat, agar menjadi tempat penampungan sementara air dari sudut-sudut di Kota Sorong bila musim hujan.

“Dulu di Jl. Basuki Rahmat sekitar 30 hektar adalah daerah rawah gambut, dan kami usulkan dibangun kanal atau danau buatan yang dapat menampung air atau menjadi serapan air dari mana-mana kemudian  dialirkan ke laut,” jelas Goram Gaman.

Akan tetapi lanjut Goram Gaman, usulan dirinya bersama teman-teman aktivis lingkungan saat itu kurang dihiraukan, dan daerah tersebut ditimbun untuk dijadikan daerah pemukiman dan perkantoran seperti yang terlihat saat ini.

Padahal bila dilihat secara ecology,  daerah tersebut sangat rendah dan tepat untuk menyerapaan air bila drainase tidak berfungi dengan baik.

Bertolak dari kenyataan tersebut, Goram Gaman berharap, hal tersebut menjadi perhatian Pemkot Sorong agar kedepannya dapat menata tata ruang pembangunan dengan baik, seperti membangun drainase dengan baik.

“Kondisi banjir yang dialami masyarakat bukan satu dua kali. Tetapi sudah berulang-ulang. Sehingga harus menjadi perhatian dari pemerintah agar menata ruang pembangunan dengan baik, membangun drainase dengan baik agar air dapat mengalir sesuai aluranya sampai ke laut,  sehingga tidak menimbulkan bencana buat masyarakat,” harap Goram Gaman.

Di lain sisi lanjut Goram Gaman, yang harus diperhatikan adalah aktivitas developer yang sudah melakukan pembangunan rumah yang dibutuhkan masyarakat dengan  menutup daerah-daerah peresapan.

Goram Gaman mengingatkan, untuk mengantisipasi ada daerah peresepan yang ditutup oleh developer kedepannya, maka sebelum melakukan pembangunan rumah, developer wajib mendapatkan izin dari Pemkot Sorong.

“Tidak hanya bagi developer, tetapi juga bagi masyarakat yang ingin membangun rumah, perkantoran, agar ditinjau baik tata ruangnya dan juga harus ada kajian dampak lingkungan sebelum memberikan izin membangun, sehingga tidak semua daerah ditutup untuk pembangunan dan masih ada daerah yang dapat dijadikan resapan air seperti dibangun kanal, danau buatan, sehingga dari situ air bisa dialirkan ke laut,” ujar Goram Gaman.

Di samping itu, kata anggota Fraksi Otsus DPR Papua Barat ini mengatakan, perlu penanganan sampah secara baik. Di mana, masyarakat jangan lagi membuang sampah sembarangan,  sebab meskipun drainase sudah dibangun sedemikian rupa, namun sampah masih dibuang ke drainase, maka tentu akan menyumbat dan menyebabkan air meluap ke jalan.

“Banjir yang terjadi di Sorong ada yang parah sekali. Ada yang sampai satu meter lebih. Ini harus menjadi perhatian kita semua. Karena sayang, banjir seperti yang terjadi di kota besar sudah bisa terjadi di Sorong,” ujar Goram Gaman.

Oleh sebab itu,  Goram Gaman berpesan agar tata ruang kota pembangunan harus menjadi perhatian serius dari semua pihak mulai dari sekarang. Bila tidak, maka 10 tahun kedepan atau tahun 2020, Kota Sorong akan panen banjir besar. Apalagi ada reklamasi pantai, sehingga harus menajdi perhatian yang serius. Kalau tidak Kota Sorong akan kena banjir dan bisa ditetapkan sebagai bencana nasional,” tandas Goram Gaman. (SDR-R1)