Nabire Jadi Kabupaten Terbaik Atasi Stunting
Share0NABIRE,- Semangat kolaborasi dan kerja keras tanpa kenal lelah akhirnya membuahkan hasil gemilang. Kabupaten Nabire resmi mencatat sejarah dengan meraih Juara I Lomba Percepatan Penurunan Stunting tingkat Provinsi Papua Tengah tahun 2025.
Prestasi ini menjadi bukti nyata kesungguhan Nabire dalam menjalankan program prioritas nasional demi masa depan generasi emas yang sehat dan cerdas.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kabupaten Nabire, Dr. H. Mukayat, S.Pd., M.Sc., M.Si., M.Pd., menyampaikan kabar membanggakan ini dalam kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Aksi Stunting di Aula Bapperida, Kamis (6/11/2025).
“Ini apresiasi untuk kita semua. Tanpa direncanakan secara khusus, kita bekerja sungguh-sungguh. Alhamdulillah, Nabire menjadi juara satu wilayah Papua Tengah,” ujar Dr. Mukayat.
Menurutnya, prestasi ini merupakan hasil kerja kolektif seluruh tim lintas sektor yang selama ini berjuang di lapangan.
Dr. Mukayat mengungkapkan, capaian ini semakin berkesan mengingat perjalanan panjang yang tidak selalu mulus. Tahun 2023, Nabire sempat berada di posisi III, bahkan sempat turun ke peringkat IV dalam penilaian kinerja. Namun berkat evaluasi dan perbaikan menyeluruh, tahun ini Nabire berhasil melakukan “lonjakan dahsyat” ke puncak klasemen.
Keberhasilan ini juga ditopang oleh penerapan regulasi Perpres No. 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Salah satu kunci keberhasilan adalah penyederhanaan mekanisme kerja: delapan aksi konvergensi kini disederhanakan menjadi empat.
“Alurnya sekarang lebih mudah. Tapi justru karena lebih mudah, kerja kita harus lebih proaktif dan intensif,” tegas Mukayat.
Rapat Monev ini merupakan aksi ketiga, setelah aksi perencanaan dan implementasi. Tahapan ini menjadi krusial sebelum memasuki aksi pelaporan. “Mempertahankan lebih sulit daripada merebut,” pesan Mukayat, mengingatkan tim agar tidak cepat berpuas diri.
Meski meraih predikat terbaik, Mukayat menyoroti tantangan serius terkait perbedaan data prevalensi stunting antara SSGI dan e-PPGBM.
Menurut SSGI, prevalensi stunting Nabire sempat naik dari 17,6% (2022) menjadi 22,2% (2023), dan sedikit menurun ke 21,7% (2024). Sebaliknya, data e-PPGBM menunjukkan tren menurun dari 15,9% (2022) ke 12,9% (2023).
Ketimpangan ini menjadi bahan pembahasan utama dalam Monev untuk memastikan validitas data menjelang evaluasi tingkat Provinsi Papua Tengah tahun 2026.
Rapat Monev resmi dibuka oleh Wakil Bupati Nabire, H. Burhanuddin Pawennari, yang menegaskan bahwa stunting bukan sekadar masalah fisik, melainkan ancaman serius terhadap kualitas sumber daya manusia Nabire di masa depan.
Dalam sambutannya, Wabup mengajak seluruh pihak memperkuat kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan Yayasan Wahana Visi Indonesia (WVI) dari PT Freeport Indonesia.
“Dulu saya pikir stunting itu faktor keturunan. Ternyata, ini soal gizi. Kita harus pastikan semua pihak berkomitmen, bekerja bersama, agar angka stunting bisa ditekan, bahkan mencapai nol,” tegasnya.
Burhanuddin juga menekankan empat kunci strategi sukses, koordinasi, komitmen, kerja sama, dan kolaborasi sebagai pilar utama menuju “Nabire Zero Stunting”.
Kegiatan ini dihadiri berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pimpinan OPD, perwakilan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A), Dinas Pengendalian Penduduk dan KB (DPPKB), Kepala Distrik Makimi, hingga tokoh masyarakat dan mitra pembangunan.
Acara ditutup dengan sesi foto bersama dan pelaksanaan monitoring serta evaluasi oleh narasumber, menandai babak baru perjuangan Kabupaten Nabire dalam menciptakan generasi emas yang sehat dan unggul. (sam)
