Pasific Pos.com
Headline

Usai Dicopot dari Jabatan Plt. Direktur RSUD Jayapura, dr. Aaron: Saya Bersyukur, Saya Bebas

dr. Aaron Rumainum, M.Kes

Jayapura, – Usai dicopot oleh Gubernur Papua dari jabatannya sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur RSUD Jayapura, Selasa (4/11/2025), dr. Aaron Rumainum, M.Kes akhirnya angkat bicara.

Ia menyampaikan rasa syukur sekaligus pandangan kritis terkait tantangan berat yang dihadapinya selama menjabat, terutama soal keterbatasan anggaran.

“Terima kasih atas kerja samanya selama 14 bulan. Saya bahagia, Bapak Gubernur lepaskan saya dari beban ini, karena anggarannya minim. Tahun ini hanya dapat Rp30 miliar. Setengah mati urus rumah sakit dengan anggaran tersebut,” ujar dr. Aaron.

Ia menjelaskan, pada tahun 2023 RSUD Jayapura masih menerima alokasi sebesar Rp60 miliar, sementara pada 2024 menurun menjadi Rp46 miliar. Menurutnya, keputusan Gubernur mengganti dirinya merupakan langkah yang tepat. “Pemimpin tidak pernah salah, dan saya sebagai staf mendukung penuh keputusan pemimpin,” tegasnya.

Dr. Aaron menilai, keterbatasan anggaran menjadi salah satu tantangan paling berat selama kepemimpinannya. “Saya bersyukur karena RP 30 miliar ini berat.  Zaman sebelumnya anggarannya besar,” katanya.

Ia berharap, pada tahun mendatang Gubernur dapat kembali menaikkan anggaran hingga Rp60 miliar agar RSUD Jayapura bisa bersaing dengan rumah sakit vertikal milik Kementerian Kesehatan di Papua. “Kalau nanti anggarannya dinaikkan, kita masih punya harga diri untuk mengalahkan RS Kemenkes Jayapura,” tambahnya optimistis.

Dr. Aaron diketahui menjabat sebagai Plt. Direktur RSUD Jayapura sejak 3 September 2024, setelah diangkat oleh Penjabat Gubernur Ramses Linbong.

Meski awalnya sempat menolak jabatan tersebut, ia akhirnya menerima setelah diyakinkan langsung oleh Gubernur untuk membantu membenahi rumah sakit  tersebut.

Kini, setelah resmi dicopot, dr. Aaron mengaku lega. “Saya tidak marah, dan saya bersyukur. Saya bebas,” ujarnya.

Ia berharap, pejabat penggantinya dapat melanjutkan pembenahan RS milik pemerintah Papua ini. “Kalau hanya dengan Rp30 miliar berat, jadi dikasih anggaran besar, Sehigga bisa bersaing dan mengalahkan RS Kemenkes Jayapura, kita unggul dengan SDM, tetapi kalah dengan peralatan,” tutupya.