Pasific Pos.com
Ekonomi & BisnisHeadline

Ketahanan Pangan Pekarangan Bergizi Kampung Nimbokrang

Bripka Yoyong Kuncoro seorang Bhabinkamtibmas Polsek Nimbokrang garap lahan tidur menjadi penghasil cuan.

Lahan Tidur Berubah Menghijau Penghasil Cuan

Jayapura – Paceklik adalah masa dimana perputaran ekonomi dikategorikan seret. Hal ini tentu dipengaruhi banyak faktor, baik ketersediaan bahan pokok maupun imbas kebijakan dan politik global, dan kondisi ini masih dirasakan hingga saat ini.

Sebagai daerah dengan luasan lahan pertanian cukup besar, sudah selayaknya masyarakat Indonesia tidak bergantung dengan ketersediaan bahan pokok di pasaran, namun mesti kreatif dan mau menyisingkan lengan baju untuk mulai menanam dan memproduksi sendiri bahan pokok sehari-hari.

Untuk menunjang ketersediaan bahan Pokok, bahkan beberapa kementerian dan lembaga turut andil mendorong petani melalui proyek ketahanan pangan untuk mendongkrak stabilitas bahan pokok di Indonesia, mulai penanaman jagung, dan tanaman hortikultura lainnya.

Program ketahanan pangan ini juga terus digalakkan sampai di tingkat kampung -kampung, semisal untuk di Papua khususnya di Kabupaten Jayapura, semisal institusi Polri menggalakkan Bhabinkamtibmas untuk turun langsung ke masyarakat. Tak hanya memberikan dukungan namun kerap ditemukan personil Bhabinkamtibmas ini juga menjadi pelaku pertanian itu sendiri.

Bripka Yoyong Kuncoro salah satunya. Bhabinkamtibmas Polsek Nimbokrang ini memiliki lahan produktif tanaman cabai dan lainnya. Dengan kemampuan bertani yang mumpuni, ia malah berhasil beberapa kali panen dan tentu berhasil memperoleh pundi-pundi untuk menambah penghasilan keluarga.

Lahan pekarangan yang dulunya hutan lebat kini disulap tanaman hijau, cabai dan berbagai tanaman penghasil cuan ditanamnya.

“Alhamdulillah, jadi kalau kamu panen cabai perminggu, bisa kisaran 1.500 sekali panen, jadi kalau sebulan ya bisa tembus sekitar 4-5 juta,”ucap pria gempal yang akrab disapa Yoyong ini, Minggu (18/5/2025).

Dia mengatakan, bertani tentu selain memiliki lahan dan segala perlengkapan, modal terpenting lagi adalah adanya niatan dalam hati, semangat dan konsisten. Tanpa itu semua seolah hanya sesaat.

“Ya sebetulnya semua penting ya, sumber daya harus ada, tapi kalau bagi saya, niat yang kuat itu yang paling penting. Karena kadang orang malas untuk bertani, dan memilih yang lebih instan, jadi ya dari masing-masing saja,”ucapnya.

Namun demikian, Yoyong mengingatkan peribahasa semua usaha tidak akan mengkhianati hasil. Jadi pasti ada hasilnya, meski seminim mungkin. Tapi dia mengingatkan kepada semua masyarakat, terlebih yang memiliki pekarangan luas bahkan lahan bekas garapan, untuk bisa menyempatkan waktu menguatkan niat untuk mulai bertani kembali.

“Jadikan ini sampingan saja, atau kalau mau fokus lebih baik lagi. Kita lihat lahan banyak yang terbengkalai, lahan subur namun tertutup dengan pohon-pohon tinggi. Ini kalau dibuka lagi, ditanami lagi pasti ada hasilnya. Mau sayuran atau buah-buahan pasti ada hasil,” katanya.

Diakuinya, lokasi pasar yang tergolong jauh dari Kampung Nombokrang menjadi satu kendala. Hasil panen dari masyarakat Nimbokrng dan sekitarnya sementara hanya untuk konsumsi masyarakat sekitar.

“Karena untuk dibawa ke kota jauh ya, kalau punya kendaraan sendiri tentu bisa langsung dibawa ke Kota, baik ke Sentani, Abepura maupun Kota Jayapura, sementara jika harus dengan angkutan umum /sewa mobil itu mahal, dan berbanding tipis untuk untunnya,” kata Yoyong.

Namun terlepas dari hal tersebut, membangkitkan ketahanan pangan tentu bukan hanya untuk diperjual belikan, namun dikonsumsi sendiri bersama keluarga sudah sangat bermanfaat.

“Kita tidak perlu belanja lagi, semua ada di pekarangan, semua ada ditanam, jadi sudah hemat, dan lagi lebih sehat karena kita bisa tahu sendiri kadar pupuk atau penggunaan obat perangsang yang digunakan, jadi mari kita bertani,” ujarnya.

Warga lain yang kini mulai bergelut dibidang pertanian adalah Muhammad Nasrokan. Warga Blok C Barat Nimbokrang 1, Kabupaten Jayapura, Papua ini juga menanam berbagai sayur dan tanaman penghasil cuan. Dengan modal luas lahan sekitar 25 x 100 M², dia berhasil menanam membuat lahan Ketahanan Pangan Pekarangan Bergizi. Ia juga menjadi Petani binaan Bhabinkamtibmas Kampung Nimbokrang.

“Saya tanami sayur-sayuran seperti kangkung cabut, sayur bayam cabut, sayur sawi, sayur bayam Merah, Terong dan cabe rawit kecil. Ya lumayan selain bisa dikonsumsi sendiri, juga bisa dijual,” ucapnya.

Diakuinya, meski diawal berat untuk memulai, namun berkat niat dan dukungan istri hingga apa yang awalnya berat dan hanya diangan kini telah menjadi kenyataan. Pekarangan menghijau dengan berbagai tanaman.

“Kampung kita ini dulu besar karena pertaniannya. Para pendahulu berhasil menjadikan Nimbokrang sebagai salahsatu desa Pertanian. Kala itu seingat saya tanaman Padi, Kedelai, jagung dan lainnya menjadi komoditas andalan Kampung Nimbokrang, selain buah Jeruk yang sampai dikenal luas masyarakat Kota Jayapura,” ucapnya.

Namun kini, era itu telah bergeser, lahan pertanian dulu sudah banyak yang ditinggalkan, dan generasi penerus juga sudah enggan untuk bertanam lagi, sehingga ladang-ladang yang dulu dibanggakan sudah berubah menjadi hutan lebat.

“Semoga perlahan ini bisa dibuka kembali, pemerintah harus juga fokus melihat ini, kita pernah jaya di Pertanian dan itu bisa juga terulang,” kata Nasrokan.

Diakuinya, persiapan yang kerap terjadi dan menghambat pembukaan lahan pertanian warga adalah permodalan, ketersediaan pupuk dan keamanan sendiri.

“Persiapan ini musti di perhatikan, stimulus membuka lahan garapan harus juga dilakukan pemerintah, ketersediaan pupuk subsidi sangat penting, dan faktor-faktor lain. Intinya kami saat ini bergerak atas kesadaran kami akan pentingnya ketahanan pangan bergizi. Menghemat dimasa sulit dan bertahan untuk bangkit,” pungkasnya.

situs slot

situs slot

Leave a Comment