Jayapura,- Yayasan Teker Harapan Papua yang berlokasi di Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, kini tengah menjalani tahap verifikasi sebagai calon mitra Badan Gizi Nasional (BGN) dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Pembangunan Dapur Mandiri MBG oleh yayasan ini telah mencapai 80 persen dan digadang-gadang akan menjadi proyek percontohan pertama di Papua.
Hal ini disampaikan oleh Bagus Septyan Tri, mitra sukses BGN, dalam diskusi santai bertajuk “Kupas Tuntas Soal MBG” bersama jurnalis Papua, didampingi Wawan Sugiyanto selaku Wakil Komandan TKN Fanta (Milenial), Senin (12/5).
“Dari enam yayasan yang mendaftar di Papua, baru satu yang telah disetujui yaitu Yayasan Kitong Bisa. Sementara Yayasan Teker Harapan Papua kini dalam proses verifikasi dan sudah membangun dapur sesuai standar BGN. Jika rampung, ini akan menjadi pilot project yang sangat penting bagi Papua,” ujar Bagus.
Program MBG bertujuan untuk menyediakan makanan bergizi gratis bagi anak-anak sekolah dan ibu hamil. Dapur Mandiri milik Yayasan Teker Harapan Papua nantinya akan melayani wilayah pesisir Danau Sentani.
Bagus mengapresiasi semangat masyarakat Kampung Harapan yang secara mandiri membangun dapur gizi sesuai standar nasional. “Ini luar biasa. Ibu Hesty dan warga membangun dengan semangat gotong royong. Kami dari BGN akan terus memberikan dukungan,” katanya.
Sementara itu, Wawan Sugiyanto menyampaikan bahwa pelaksanaan MBG di Papua memang sudah dimulai, sebagian oleh inisiatif TNI. Namun, ia menekankan perlunya pendekatan dapur mikro untuk daerah yang sulit dijangkau.
“Dapur MBG Yayasan Kitong Bisa sudah berjalan, dan kami berharap dapur milik Yayasan Teker Harapan Papua bisa segera diresmikan langsung oleh Kepala BGN,” ujarnya.
Ketua Yayasan Teker Harapan Papua, Hesty Imelda Kere, menyatakan pihaknya sangat menyambut baik program MBG yang digagas Presiden Prabowo.
Ia mengatakan, yayasannya secara serius mempersiapkan segala persyaratan kemitraan dan telah belajar langsung dari dapur-dapur mitra BGN di Jakarta.
“Kami ingin program ini juga menghidupkan ekonomi lokal, terutama untuk mama-mama Papua. Jika sistem dapur gizi ini berjalan baik, banyak hasil kebun bisa terserap langsung dan membantu ketahanan pangan, serta berdampak luas bagi gizi anak-anak dan ekonomi masyarakat lokal di Papua,” tutupnya.